Pernyataan Menteri Pertahanan Jepang Yasuhide Nakayama yang menganggap Taiwan sebagai negara yang demokratis segera membuat Beijing geram. Beijing marah atas ucapan tersebut dan menganggap bahwa pernyataan pejabat Jepang tersebut berbahaya.
Melansir laman The Guardian, pada hari Selasa (29/6), juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin, mengatakan "Kami menyesalkan pernyataan yang salah dari pejabat senior pemerintah Jepang. Ini sangat jahat, berbahaya dan tidak bertanggung jawab. Politisi ini juga secara terbuka menyebut Taiwan sebuah negara, yang merupakan pelanggaran serius terhadap pernyataan bersama China-Jepang."
Perseteruan kali ini adalah perseteruan untuk yang kedua kalinya dalam bulan Juni antara Jepang-China menyangkut Taiwan. Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, mendaftar Taiwan bersama Selandia Baru dan Australia sebagai tiga "negara" yang telah mengambil tindakan lebih ketat untuk memerangi penyebaran Covid-19.
Atas pernyataan tersebut, Beijing geram dan mengatakan bahwa Suga "melanggar janji lama Jepang untuk tidak menganggap Taiwan sebagai sebuah negara."
Taiwan mulai menjadi kekuatan yang terpisah dari China setelah Perang Saudara pada tahun 1949. Pasukan pemerintah nasionalis yang kalah melawan pasukan Mao Zedong yang komunis, melarikan diri ke pulau tersebut dan membentuk pemerintahan yang terpisah dari China daratan. Sejak kebijakan "Satu China" mulai santer bergaung tahun 1970an, Taiwan dianggap oleh Beijing bagian dari negara tersebut.