Ilustrasi protes anti COVID-19 di Jerman. (Unsplash.com/Markus Spiske)
Melansir dari DW, pembunuhan di Idar-Oberstein membuat serikat polisi pada hari Selasa mengeluarkan peringatan mendesak mengenai penolakan virus corona dan mengatakan pembunuhan itu merupakan yang pertama terkait dengan pandemik, juga menyampaikan adanya peningkatan radikalisasi dalam gerakan Querdenken.
Gerakan Querdenken, sebuah gerakan yang menentang pandemik ini terdiri dari mereka yang mengklaim virus corona tidak ada, menentang penggunaan masker dan vaksin, dan menyerukan teori konpirasi mengenai pandemik. Gerakan ini juga terdiri dari ekstremis sayap kanan. Gerakan tersebut pada awal pandemik menuduh media dan politisi berbohong tentang virus corona.
Pekan lalu, Facebook menghapus hampir 150 akun, halaman, dan grup yang terkait dengan gerakan Querdenken. Berdasarkan keterangannya media sosial itu mengatakan individu yang terkait dengan grup Querdenken telah berulang kali melanggar standar mereka terhadap penyebaran informasi kesehatan yang salah, hasutan kekerasan, intimidasi, pelecehan, dan ujaran kebencian.
Komite Auschwitz Internasional di Berlin juga menyuarakan keprihatinannya terhadap gerakan Querdenken. Wakil presiden kelompok itu mengatakan dia khawatir terhadap kemampuan Querdenken dalam menyebarkan kebencian dan kekerasan yang disebarkan ekstremis sayap kanan dan pendukung teori konspirasi COVID-19.
Kepala badan intelijen domestik di negara bagian Thuringia, Stephan Kramer, mengatakan insiden pembunuhan itu tidak membuatnya terkejut karena sedang ada peningkatan gerakan penentang COVID-19. Kramer sebelumnya telah memperingatkan potensi kekerasan yang meningkat terkait virus corona. Protes virus corona telah berulang kali dilakukan dan seringkali unjuk rasa berubah menjadi kekerasan.