Ilustrasi tentara. (Unsplash.com/Diego González)
Dilansir Turkiye Today, pangkalan udara Niamey juga berfungsi sebagai pusat logistik bagi misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Mali atau MINUSNA. Operasi militer itu diluncurkan pada 2013 dan berakhir tahun lalu.
Jerman telah menghabiskan biaya sekitar 130 juta euro (Rp2,2 triliun) untuk pangkalannya di Niger sejak didirikan pada 2016. Fasilitas militer itu awalnya direncanakan untuk tetap beroperasi setelah berakhirnya misi Mali. Pangkalan ini dinilai sebagai aset strategis untuk misi evakuasi atau darurat di wilayah tersebut.
Jerman sedang berdiskusi dengan Senegal untuk menyimpan peralatan di pangkalan udara yang didirikan sementara di sana untuk mendukung penarikan pasukan Niger. Operasi di pangkalan Senegal dihentikan setelah misi berakhir.
Hilmer mengatakan bahwa lebih dari 200 tentara negaranya tewas selama misi MINUSMA dan Misi Pelatihan Uni Eropa di Mali. Dia menggambarkan jumlah korban ini sebagai harga yang terlalu tinggi untuk dibayar mengingat keberhasilan yang terbatas di tingkat politik di wilayah ini.
Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan tiga tentaranya tewas dan 13 lainnya cedera selama misi MINUSMA. Hilmer memuji para prajurit atas upaya logistik dan operasional mereka dalam melaksanakan perintah penempatan kembali yang diberikan pada Juli.