Foto memperlihatkan suasana Ka'bah di tanah suci Makkah pada 1954. (twitter.com/arabnews)
The Saudi Abdul Aziz Foundation for Research and Archives merilis pernyataan yang mencatatkan bahwa terdapat 40 kali kejadian dalam sejarah islam dimana haji pernah dibatalkan atau bahkan memiliki jumlah jemaah yang sangat rendah karena berbagai faktor. Dilansir dari Middleeastrye dan Alaraby, beberapa diantara kejadian yang pernah berlangsung berabad-abad itu adalah sebagai berikut:
• Tahun 865: Pembantaian di gunung Arafat.
Pembantaian pernah terjadi pada 865 M oleh sosok bernama Ismail bin Yusuf yang dikenal dengan al-Safak. Ia terlibat konflik dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad hingga kemudian memicu penyerangan bersama pasukannya dengan membantai para peziarah di gunung Arafat yang suci. Serangan itu kemudian menyebabkan haji dibatalkan.
• Tahun 930: Serangan Qarmatian.
Lalu pada 930 M, penyerangan terjadi lagi kali ini di Mekkah oleh sekte heterodoks Qarmatian yang berbasis di Bahrain dan yang mempercayai ziarah sebagai ritual pagan.
Catatan sejarah menuliskan bahwa orang-orang Qarmatian membunuh 30.000 peziarah di kota suci, kemudian membuang mayat-mayat korban kedalam sumur zamzam dan mencuri Hajar Aswad. Haji pun ditangguhkan selama satu dekade hingga batu tersebut dikembalikan.
• Tahun 983: Kekhalifahan Abbasiyah dan Fatimiyah
Politik juga menjadi sebab yang mengganggu jalannya haji. Perselisihan antara dua penguasa, Abbasiyah di Irak dan Suriah dengan Fatimiyah di Mesir, menghalangi jemaah untuk berpergian ke Makkah. Butuh 8 tahun hingga situasi reda dan haji kembali dilaksanakan.
• Tahun1831: Wabah dari India.
Pada tahun 1831, wabah dari India terbawa hingga ke Makkah dan menewaskan hampir sekitar tiga perempat jemaah haji yang tengah beribadah.
• Tahun 1837 - 1892: Serangkaian epidemi.
Wabah dimulai lagi pada 1837 dan selama sekitar dua dekade, membuat haji ditunda tiga kali. Salah satu wabah yang terjadi adalah wabah kolera pada 1846 yang menewaskan hingga 15.000 orang di Mekkah. Kolera surut dan terjadi lagi selama beberapa kali hingga pada 1958, jemaah dari Mesir terpaksa melarikan diri secara massal ke pantai laut merah dan melakukan karantina di sana. Berdasarkan catatan dari The King Abdul Aziz Centre.