Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Calon Wali Kota New York, Zohran Mamdani. (Bingjiefu He, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Calon Wali Kota New York, Zohran Mamdani. (Bingjiefu He, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Janji kampanye Mamdani tantang batas hukum AS

  • Janji Mamdani dan makna simbolik besar

  • Gagasan Mamdani punya pengaruh tapi sulit diterima

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Wali Kota terpilih New York City, Zohran Mamdani, kembali menjadi sorotan setelah menegaskan janji kampanyenya yang cukup berani. Ia memerintahkan penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bila datang ke kota tersebut.

Pernyataan ini muncul setelah kabar bahwa Netanyahu secara resmi diundang ke New York pada 1 Januari 2026, bertepatan dengan hari pertama Mamdani menjabat sebagai wali kota. Janji Mamdani pun langsung memicu perdebatan besar, baik dari sisi hukum, politik, maupun moralitas.

Mamdani, seorang demokrat sosialis dan aktivis pro-Palestina yang lama dikenal vokal, menyebut dirinya akan menghormati perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap Netanyahu. ICC menuduh pemimpin Israel itu melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan atas serangan di Gaza.

Warrant ICC, yang diterbitkan pada 21 November 2024, menyebutkan Netanyahu melakukan kejahatan perang berupa kelaparan sebagai metode perang, serta penyerangan yang disengaja terhadap warga sipil, pembunuhan, dan penganiayaan.

Dalam wawancara bersama jurnalis Mehdi Hasan di program Zeteo, Mamdani menegaskan kembali posisinya. Ketika ditanya apakah ia tetap akan menangkap Netanyahu meski datang bersama Donald Trump, ia menjawab tegas, “Kita sedang membicarakan seseorang yang menghadapi perintah penangkapan dari ICC, seseorang yang telah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina selama hampir dua tahun. Ini adalah penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal.”

1. Janji kampanye Mamdani tantang batas hukum AS

Namun, pertanyaannya adalah apakah Mamdani benar-benar bisa melakukannya? Dikutip dari India Today, Rabu (12/11/2025), menurut pakar hukum, jawabannya tidak sesederhana itu.

Amerika Serikat bukan anggota Pengadilan Kriminal Internasional, sehingga ICC tidak memiliki yurisdiksi di wilayah AS. Artinya, surat perintah penangkapan internasional tidak dapat dilaksanakan secara legal di New York atau kota mana pun di AS.

Sejumlah laporan, termasuk dari Time, menyebut bahwa hukum federal AS akan menghalangi upaya pemerintah kota untuk menangkap pemimpin negara asing. Dalam konstitusi, urusan luar negeri adalah wewenang pemerintah federal, bukan pemerintah lokal.

Bahkan jika Mamdani benar-benar memerintahkan penahanan, otoritas federal bisa langsung membatalkannya. Dalam wawancara yang sama, Mamdani pun mengakui keterbatasannya.

“Saya akan bertindak sesuai hukum. Saya bukan Donald Trump yang membuat sistem hukumnya sendiri. Tapi sudah saatnya kita berhenti merayakan Benjamin Netanyahu di kota ini,” katanya.

Sementara itu, Netanyahu menanggapi santai ancaman tersebut. Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Juli 2025, ia mengatakan dirinya “tidak khawatir” atas pernyataan Mamdani, dan menambahkan bahwa Donald Trump akan menemaninya.

“Donald (Trump) adalah kakak saya, dan dia akan datang bersama saya ke New York,” ujar Netanyahu. Trump menimpali dengan canda, “Aku yang akan mengeluarkannya dari penjara nanti.”

2. Janji Mamdani dan makna simbolik besar

Meski secara hukum sulit diwujudkan, janji Mamdani punya makna simbolik besar. New York dikenal sebagai kota dengan populasi Yahudi dan Palestina terbesar di luar Timur Tengah. Posisi Mamdani mencerminkan ketegangan yang terasa nyata di antara dua komunitas tersebut.

Mamdani mengatakan niatnya bukan untuk menyerang komunitas Yahudi, melainkan untuk menegakkan hukum internasional dan keadilan universal.

“Menyakitkan bagi saya dilabeli seolah-olah saya menentang warga Yahudi yang saya kenal dan cintai di kota ini,” katanya dalam pernyataan Juni lalu.

Sementara itu, para politisi Partai Republik menilai langkah Mamdani sebagai bentuk ekstremisme politik. Inna Vernikov, anggota Dewan Kota New York dan pendukung Netanyahu, bahkan menulis surat undangan resmi kepada Perdana Menteri Israel itu.

“Meski ada retorika jahat dari kaum Marxis seperti Wali Kota terpilih Mamdani, kunjungan Anda akan menjadi pengingat bahwa kota ini berdiri bersama Israel dan rakyat Yahudi,” tulisnya.

Beberapa analis melihat pernyataan Mamdani sebagai strategi politik progresif yang ingin mengubah wajah politik Amerika—menekankan moralitas global, bukan kepentingan geopolitik.

Mamdani sendiri mengatakan, “Sebagai wali kota, saya ingin menunjukkan model politik yang berbeda—bahwa kami adalah kota yang percaya pada hukum internasional.”

3. Gagasan Mamdani punya pengaruh tapi sulit diterima

Sikap Mamdani juga menunjukkan meningkatnya pengaruh gerakan kiri progresif di Amerika Serikat, terutama setelah perang Gaza memperdalam polarisasi politik. Namun, banyak pengamat menilai gagasan seperti milik Mamdani masih sulit diterima secara nasional.

Administrasi Trump bahkan pernah menjatuhkan sanksi terhadap ICC pada 2024 setelah pengadilan mengeluarkan perintah penangkapan bagi Netanyahu. Artinya, upaya apa pun untuk menjalankan surat perintah itu akan berhadapan langsung dengan pemerintah federal.

Beberapa pakar menyebut bahwa janji Mamdani lebih merupakan bentuk politik simbolik ketimbang kebijakan nyata. “Dia tahu dia tidak punya kewenangan untuk menangkap pemimpin negara asing. Tapi simbolnya kuat—tentang keadilan global,” kata seorang profesor hukum dari Columbia University.

Meski menuai kecaman dan tudingan antisemitisme, dukungan bagi Mamdani di kalangan aktivis muda dan komunitas pro-Palestina tetap tinggi. Mereka melihatnya sebagai figur berani yang menantang kemapanan politik Amerika.

Di sisi lain, para pendukung Netanyahu menganggap pernyataan Mamdani hanya akan memperdalam perpecahan sosial di kota yang multikultural. Polemik ini memastikan bahwa hari pertama Mamdani menjabat sebagai wali kota tidak akan berjalan tenang, apalagi jika Netanyahu benar-benar datang ke New York.

Editorial Team