Polisi huru-hara bersiap menghadapi para pengunjuk rasa di Hong Kong. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter
Next Digital, perusahaan induk Apple Daily, pernah menerbitkan tulisan Lai yang menyebut Premier Tiongkok Li Peng pada 1994 sebagai "tukang jagal dari Beijing" dan "anak dari telur kura-kura dengan IQ nol" karena perannya dalam peristiwa kelam tersebut. Cara balas dendam Tiongkok kala itu sama dengan saat ini.
Setelah tulisan itu terbit, Beijing melarang izin operasional Giordano di Tiongkok daratan sampai membuatnya harus menjual saham perusahaan. Akan tetapi, laki-laki berusia 70 tahun itu tidak kenal kata jera. Setelahnya, ia mendirikan Apple Daily. "Sudah sifat alami saya untuk jadi seorang pemberontak--untuk bersikap revolusioner," kata dia.
Sekarang, Beijing melarang para pelaku bisnis untuk memasang iklan di koran Apple Daily. The New York Times melaporkan tak satu pun perusahaan Hong Kong berani melanggarnya meski Apple Daily adalah koran terbesar kedua di sana. Akibatnya, pemasukan dari koran berkurang sampai Rp626 miliar.
"Pemerintah membenci niat saya. Mereka pikir saya seorang pembuat masalah" tutur Lai kepada The New York Times. "Saya memang seorang pembuat masalah, tapi yang memiliki suara hati nurani yang baik," tambahnya.
Entah sebagai bentuk dukungan kepada Lai atau bukan, tapi salah satu iklan terakhir di Apple Daily seperti ingin mengolok-olok Beijing maupun pebisnis lain yang tak seberani dirinya. Sekelompok karyawan dari empat perusahaan akuntansi besar di Hong Kong (PwC, Deloitte, KPMG dan EY) memasang iklan pro-demonstrasi.
Mereka menyatakan melalui iklan itu, "Kami takkan lagi bertoleransi terhadap eksploitasi dan memburuknya demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia di kota luar biasa ini. Kami takkan takut atau berkompromi dengan ketidakadilan dan kebohongan."
Iklan sekelompok karyawan dari empat perusahaan akuntansi terbesar di Hong Kong yang muncul di halaman Apple Daily. gogetfunding.com