Ilustrasi tentara. (Unsplash.com/Simon Infanger)
Dalam pernyataannya, Biden mengaku memperbaiki kesalahan bersejarah dengan menggunakan otoritas grasi, untuk mengampuni banyak mantan anggota militer yang dihukum karena menjadi diri mereka sendiri.
"Meskipun mereka berani dan berkorban besar, ribuan anggota militer LGBTQ+ dipaksa keluar dari militer karena orientasi seksual atau identitas gender mereka. Beberapa warga AS yang patriotik ini diadili di pengadilan militer, dan telah menanggung beban ketidakadilan besar ini selama beberapa dekade," katanya, dilansir dari The Guardian.
Presiden juga mengatakan langkah tersebut mengenai “martabat” dan “kesopanan”, dan memastikan budaya militer mencerminkan budaya negara.
Keputusan ini memungkinkan mantan militer yang dihukum karena pelanggaran orientasi seksual dapat mengajukan sertifikat pengampunan, yang akan membantu mereka menerima tunjangan yang ditahan.
“Pernyataan presiden ini memberikan jalan bagi Departemen Urusan Veteran untuk dapat memberikan perawatan dan tunjangan yang mereka peroleh kepada para veteran yang layak ini. Penentuan tunjangan secara individu bersifat khusus bagi veteran tersebut," kata pejabat senior AS.
“Kami mengetahui dari kantor pengacara Gedung Putih, pemerintah memperkirakan ribuan orang telah dihukum. Masih terlalu dini untuk mengetahui berapa banyak dari orang-orang tersebut yang kemudian mengajukan permohonan dan menerima sertifikat pengampunan, tapi Departemen Urusan Veteran berkomitmen untuk memastikan mereka menerima gaji dan tunjangan yang layak diterima," tambahnya.