Ilustrasi drone (Unsplash.com/asoggetti)
Ketika perang pecah antara Hamas dengan Israel pada 7 Oktober, Tel Aviv dengan cepat menghubungi perusahaan teknologi AS di Sillicon Valley. Ini khususnya perusahaan pengembang pesawat nirawak dengan teknologi mutakhir.
Menurut Politico, transaksi terjadi dalam negosiasi tradisional, bukan antarnegara seperti yang biasa dilakukan dalam kesepakatan pasokan militer.
Salah satu perusahaan pembuat pesawat nirawak yang dihubungi Israel adalah Skydio. Perusahaan tersebut memiliki produk drone kecil dan menghasilkan pemindaian 3D pada struktur kompleks bangunan yang dipantau. Lebih dari 100 drone telah dikirim ke militer Israel.
Tel Aviv juga menggunakan drone self-pilot dari perusahaan Shield AI untuk pertempuran jarak dekat.
Jon Gruen, CEO Fortem Technologies, yang memasok radar dan pesawat anti-drone otonom kepada pasukan Ukraina, mengaku telah melakukan pembicaraan awal dengan Israel soal apakah sistem AI perusahaan tersebut dapat bekerja di Gaza yang padat.
Sistem AI atau perangkat lunak otonom tidak seperti perangkat militer tradisional. Pembeli dapat mengkonfigurasi ulang untuk kebutuhan mereka sendiri. Banyak drone berkemampuan AI buatan AS yang dikirim ke Israel tidak dipersenjatai. Tapi, peralatan tersebut dirancang memberi ruang bagi pelanggan militer untuk menjalankan perangkat lunak khusus mereka sendiri.