Ukraina telah lama terlibat ketegangan dengan negara tetangganya, yakni Rusia. Sejak tahun 2014 lalu, dua negara tersebut terus bersitegang. Kini, ketegangan itu memuncak setelah Rusia dikabarkan melakukan penumpukan pasukan di dekat perbatasan timur Ukraina.
Jumlah personel militer yang ditumpuk oleh Moskow, disebut Kiev lebih dari 100.000 pasukan. Bahkan menurut intelijen militer Ukraina, kemungkinan Moskow dapat melancarkan serangan pada akhir Januari atau awal Februari 2022.
Ukraina yang terancam oleh Rusia, mendapatkan dukungan dari negara-negara Barat, termasuk Uni Eropa (UE) dan NATO yang dipimpin oleh AS. Presiden AS Joe Biden telah berusaha untuk menengahi pertikaian tersebut.
Dilansir The Guardian, meski pada dasarnya AS mendukung kedaulatan Ukraina, tapi dia mengatakan tidak akan mengirim pasukannya ke negara tersebut. "Itu tidak ada di atas meja (rencana)," kata Biden menjawab pertanyaan wartawan sehari setelah melakukan pembicaraan dengan Vladimir Putin.
Putin sendiri mengatakan bahwa panggilan video dengan Biden adalah pembicaraan yang konstruktif. "Saya ingin tekankan sekali lagi: pembicaraan itu sangat terbuka, substantif, dan saya katakan konstruktif. Bagaimanapun, saya berharap pihak AS merasakan hal yang sama tentang hasil pertemuan kami," katanya.