Mantan Presiden AS Donald Trump saat melakukan reli kampanye di Bandara Muskegon di Muskegon, Michigan, Amerika Serikat, Sabtu (17/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)
Sebagai informasi, pada 2018 lalu kebijakan Trump untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem menuai kecaman. Kebijakan tersebut dianggap sebagai upaya Trump untuk melanggar Resolusi PBB dengan mendukung kemerdekaan Israel, namun mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
Pada masa jabatannya, Trump juga memotong dana tahunan senilai 360 juta dollar AS atau sekitar Rp5 triliun yang ditujukan untuk The United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), yaitu badan organisasi PBB yang menyediakan dukungan untuk pengungsi Palestina. Trump bahkan menutup kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington D.C pada 2019.
Kendati begitu, di akhir jabatannya, langkah politik Trump menuai pujian karena membantu proses pemulihan hubungan Israel dengan negara-negara Arab, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan.
Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum mengatakan pihaknya tidak memiliki penyesalan seiring terdepaknya Trump dari kursi kepemimpinan.
“Tidak ada penyesalan dengan kepergian Trump, karena dia telah menjadi sumber dan sponsor terbesar atas ketidakadilan, kekerasan, dan ekstremisme di dunia, sekaligus mendukung pendudukan Israel dalam agresi terhadap orang-orang Palestina,” kata Fawzi.