Jakarta, IDN Times - Junta militer Myanmar menyampaikan bahwa mereka akan mengindahkan permohonan ASEAN untuk menghentikan kekerasan, dengan catatan negara tersebut sudah dalam keadaan stabil. Ungkapan tersebut merujuk pada pertempuran antara aparat dengan kelompok pemberontak di perbatasan timur yang terjadi baru-baru ini.
Sejak militer melancarkan kudeta terhadap pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021, negara itu dilanda kekacauan yang menyebabkan sedikitnya 750 orang meninggal akibat represivitas aparat. Kerusuhan juga menyebabkan lebih dari 250 ribu orang menjadi pengungsi dan lebih dari 3.000 pengunjuk rasa ditetapkan sebagai tahanan politik.
Krisis kemanusiaan memaksa pemimpin kawasan Asia Tenggara menggelar ASEAN Leaders Summit sebagai upaya mencegah jatuhnya korban lebih banyak. Meski menuai kontroversi, pemimpin junta sekaligus dalang kudeta Jenderal Min Aung Hlaing hadir pada acara yang digelar di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Indonesia.