Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Myanmar (Pexels.com/Gu Bra)

Jakarta, IDN Times - National Unity Government (NUG), pemerintah bayangan Myanmar, mengatakan bahwa junta militer telah membunuh 165 anak selama 2022. Jumlah itu mengalami kenaikan lebih dari 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Melalui analisis yang dibeberkan media lokal, penyebab utama kematian anak-anak itu adalah serangan artileri berat yang menargetkan pasukan oposisi.

Kekacauan Myanmar sejak kudeta militer pada Februari 2021 masih terus terjadi, dengan ribuan warga sipil yang telah tewas.

1. International Crisis Group menilai jumlah korban anak-anak yang disampaikan kredibel

ilustrasi anak-anak di Myanmar (Unsplash.com/Jesse Schoff)

Thomas Kean, konsultan senior di Myanmar untuk organisasi International Crisis Group, menilai bahwa angka yang disampaikan NUG tampak kredibel. Ia menjelaskan bahwa laporan tersebut sering kali didukung dengan bukti-bukti yang kuat.

Dilansir The Guardian, pada September lalu, lebih dari selusin anak-anak Myanmar tewas dalam serangan udara di sekolah di Sagaing. November selanjutnya, sejumlah anak termasuk yang tewas ketika junta menyerang di negara bagian Rakhine.

"Hal ini sesuai dengan pola bagaimana mengobarkan perang, warga sipil sering sengaja menjadi sasaran," kata Kean.

Dia menilai, pembakaran rumah dan penghancuran seluruh desa bukan hal yang aneh terjadi di Myanmar, apalagi dilakukan junta.

2. Serangan artileri junta paling banyak membunuh anak-anak

Editorial Team

Tonton lebih seru di