Ilustrasi hubungan diplomatik (pixabay.com/Gerd Altmann)
Terkait administrasi Marcos, Presiden AS Joe Biden dan para asisten dari anggota keamanan nasionalnya melihat Filipina sebagai sekutu strategis dan kuat, terutama untuk tantangan kebijakan luar negerinya.
"Masuk akal untuk menginvestasikan perhatian tingkat tinggi untuk memulihkan kerja sama yang mendalam dengan sekutu muda, berpenduduk banyak, makmur, dan berlokasi strategis ini," kata Daniel Russel, diplomat top AS untuk Asia Timur, seperti dikutip dari Reuters.
Kunjungan Harris ke Filipina akan menjadi perjalanan tingkat tertinggi bagi administrasi Biden. Agenda tersebut juga menandai adanya perubahan hubungan yang drastis.
Di Bawah rezim eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Washington dibuat frustasi dengan kedekatan Manila-Beijing. Tak hanya itu, Duterte juga pernah menyebut Obama sebagai “Bajingan”.
Kehadiran Marcos sebagai Presiden Filipina menciptakan angin segar bagi pemerintahan Biden yang mencoba membangun ulang hubungan keduanya.
Usai Marcos diumumkan menang dalam pemilihan presiden Filipina, Biden langsung menelponnya dan mengucapkan selamat. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari masalah pelik, ujar seorang pejabat anonim yang mengetahui panggilan tersebut.
"Saya pikir saya membangunkan Anda pada malam pemilihan. Saya menelepon Anda sangat terlambat untuk memberi selamat kepada Anda," Ujar Biden kepada Marcos saat pertemuan tatap muka pertama di sela-sela acara Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September lalu.
Selain itu, Biden juga mengutus suami Harris, Doug Emhoff untuk hadiri pelantikan Marcos demi menyampaikan salamnya kepada presiden Filipina itu.