Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. (X.com/PM's Office of Cambodia)
Hun Manet menyampaikan kelompok yang menentang perjanjian itu sebagai ekstremis, dan menuduh mereka menggunakan isu itu untuk memfitnah dan menyerang pemerintah serta membingungkan masyarakat.
“Misalnya, tuduhan bahwa pemerintah menyerahkan wilayah empat provinsi timur laut ke negara asing, dan sebagainya,” katanya dalam sebuah unggahan di media sosial pada Jumat (20/9/2024), dikutip dari Associated Press.
Dia mengatakan dalam 25 tahun terakhir negara telah membangun banyak prestasi dalam pembangunan empat provinsi, tapi pemerintahnya memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian tersebut karan mempertimbangkan kekhawatiran rakyat terhadap wilayah, juga karena kebutuhan untuk menarik senjata dari tangan para ekstremis guna mencegah mereka menggunakan CLV-DTA untuk menipu rakyat lebih lanjut.
Pemerintah Kamboja telah lama dituduh membungkam para kritikus dan lawan politik. Hun Manet menggantikan ayahnya, Hun Sen pada tahun lalu, yang telah berkuasa selama empat dekade. Setelah mundur, Hun Sen tetap menjabat kepala Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa dan sebagai pemimpin Senat.