Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi evakuasi (pexels.com/Floris Mulder)
ilustrasi evakuasi (pexels.com/Floris Mulder)

Intinya sih...

  • Kapal berlayar dari Tripoli Libya.

  • Mediterania Tengah jadi jalur migrasi paling mematikan.

  • Italia mau tekan arus migrasi via laut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Sebuah kapal yang mengangkut puluhan migran dan pengungsi terbalik di lepas pantai selatan Lampedusa, Italia, pada Rabu (13/8/2025), menewaskan sedikitnya 20 orang. Menurut United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan media lokal, kapal itu membawa sekitar 97 penumpang saat berlayar dari Libya dan terbalik sekitar 14 mil di barat daya Lampedusa.

Juru bicara UNHCR, Filippo Ungaro, mengungkapkan duka mendalam atas insiden tersebut. UNHCR bersama pihak berwenang setempat kini fokus membantu korban selamat.

“Kesedihan mendalam atas kecelakaan kapal terbaru di lepas pantai Lampedusa, di mana UNHCR kini membantu para penyintas. Tampaknya 20 jenazah ditemukan dan sebanyak itu pula yang hilang,” ujarnya, dikutip dari The Guardian.

Tim penyelamat berhasil mengevakuasi 60 orang yang terdiri dari 56 pria dan 4 perempuan, lalu membawa mereka ke pusat penampungan di Lampedusa. Palang Merah Italia menyebut mayoritas penyintas berada dalam kondisi cukup baik, namun empat orang harus dirawat di rumah sakit. Save the Children Italia melaporkan seorang bayi perempuan berusia satu setengah tahun termasuk di antara yang hilang.

1. Kapal berlayar dari Tripoli Libya

Kapal naas itu pertama kali terlihat dari udara oleh pesawat milik polisi keuangan Italia. Temuan tersebut langsung memicu operasi penyelamatan berskala besar. Berdasarkan keterangan awal dari para penyintas, rombongan itu memulai perjalanan dari wilayah Tripoli di Libya menggunakan dua kapal terpisah.

Salah satu kapal mengalami kebocoran, memaksa penumpangnya berpindah ke kapal lain. Namun, kapal kedua itu kemudian terbalik akibat gelombang tinggi di perairan sekitar Lampedusa. Kondisi cuaca yang tidak bersahabat membuat proses penyelamatan berjalan penuh tantangan.

Hingga kini, 20 jenazah telah ditemukan sementara 12 hingga 17 orang masih dinyatakan hilang. Operasi pencarian terus dilakukan di sekitar lokasi kejadian. Palang Merah Italia dan UNHCR memberikan dukungan penuh untuk memenuhi kebutuhan darurat para penyintas.

2. Mediterania Tengah jadi jalur migrasi paling mematikan

Dilansir dari Euro News, rute Mediterania Tengah yang menghubungkan Afrika Utara dan Eropa dikenal sebagai jalur migrasi paling berisiko di dunia. Data UNHCR mencatat, sebelum kecelakaan ini, sedikitnya 675 orang meninggal di jalur tersebut sepanjang 2025.

International Organisation for Migration (IOM) melaporkan bahwa sejak 2014, lebih dari 25.260 orang tewas atau hilang saat menempuh rute ini. Banyak korban yang tidak tercatat karena menggunakan kapal kecil yang penuh sesak atau bocor dari Libya dan Tunisia. Kapal-kapal tersebut kerap dioperasikan tanpa memenuhi standar keselamatan.

Selama enam bulan pertama 2025, tercatat 30.060 migran dan pengungsi tiba di Italia lewat jalur laut, naik 16 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Mayoritas perjalanan dilakukan dari Libya dan Tunisia menggunakan kapal berisiko tinggi.

3. Italia mau tekan arus migrasi via laut

Bendera Italia (pexels.com/Ulrick Trappschuh)

Dilansir dari Al Jazeera, pemerintahan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, telah mengambil langkah untuk menekan arus migran lewat laut. Kebijakan tersebut mencakup hukuman yang lebih berat bagi pelaku penyelundupan manusia dan kerja sama ketat dengan Uni Eropa (EU) dalam pengendalian imigrasi.

Pada Juli 2025, komisaris migrasi EU menekankan pendekatan tegas bersama otoritas Libya untuk mengatasi lonjakan migrasi tidak teratur. Awal Agustus 2025, para pemimpin Turki, Italia, dan Libya juga membahas rute migrasi Mediterania dalam pertemuan di Istanbul.

Kecelakaan ini menambah daftar panjang tragedi di Mediterania. Salah satu insiden terburuk terjadi pada 3 Oktober 2013, ketika kapal karam di dekat Lampedusa menewaskan sedikitnya 368 orang. Tragedi itu mendorong Italia menetapkan hari peringatan tahunan bagi korban tenggelamnya kapal di kawasan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team