Ilustrasi museum (unsplash.com/Amy-Leigh Barnard)
Ada beberapa skema yang digunakan oleh pelaku sehingga tidak ketahuan untuk waktu lama. Pertama, dia menjual tiket darurat kepada pengunjung. Museum Fondation Beyeler memiliki opsi penjualan ini untuk berjaga-jaga ketika sistem komputer sedang mengalami gangguan. Uang hasil penjualan tiket berbentuk fisik itu dia kantongi sendiri.
Kedua, dia menggunakan trik menjual satu tiket masuk sebanyak dua kali. Pada penjualan pertama, dia memberikan tiket asli kepada pengunjung yang telah membayar, kemudian bukti pembayarannya dijual kepada pengunjung lain dengan dalih mesin pencetak tiket sedang rusak. Saat pengunjung tidak mendapatkan tiket asli, museum memberikan harga lebih murah. Dia mencuri besaran selisih harganya.
Cara ketiga adalah membatalkan tiket yang sudah dijual oleh koleganya. Museum seharusnya mengembalikan uang pengunjung jika mereka membatalkan. Karena pelaku sendiri yang melakukan pembatalan, maka cukup mudah untuk mencurinya sehingga pengunjung tidak mendapatkan uang yang sudah dibayarkan.
Seorang koleganya, yang juga menjadi saksi, mengatakan dia mengenali tulisan tangan pelaku pada banyak tiket yang dibatalkan. Inilah yang membuat museum langsung mengerucutkan si kasir sebagai terduga pelaku penipuan tiket pada 2019.
Museum Fondation Beyeler sendiri merupakan sebuah museum seni prestisius di Swiss. Menurut situs resminya, satu tiket untuk kategori Dewasa dijual secara online seharga Rp434 ribu. Ini tergolong harga yang mahal untuk standar Eropa. Sementara, kategori Anak Muda hingga usia 25 tahun bisa masuk dengan gratis.
Sebagai salah satu museum yang memamerkan karya-karya seni prestisius, Fondation Beyeler sanggup mendatangkan sekitar 364.000 pengunjung pada tahun lalu ketika pandemi dinyatakan berakhir.