Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Kazakhstan
bendera Kazakhstan (unsplash.com/aboodi vesakaran)

Intinya sih...

  • Kazakhstan telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sejak 1992

  • Upaya menghidupkan kembali momentum Abraham Accords untuk membuka lebih banyak hubungan dengan negara-negara Arab dan Muslim

  • Kazakhstan bergabung untuk memperdalam hubungan dengan AS dan mengimbangi pengaruh Rusia dan China di kawasan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa Kazakhstan akan bergabung Abraham Accords, perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel. Negara Asia Tengah ini menjadi yang pertama bergabung dalam kesepakatan itu selama masa jabatan kedua Trump.

Trump mengaku telah mengadakan panggilan telepon antara dirinya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. Upacara penandatanganan untuk memformalkan perjanjian penting ini akan segera dilaksanakan.

“Ini adalah langkah maju yang besar dalam membangun jembatan di seluruh dunia. Hari ini, lebih banyak negara yang berbaris untuk merangkul perdamaian dan kemakmuran melalui Abraham Accords saya,” ujar Trump, dilansir CNN pada Jumat (7/11/2025).

1. Kazakhstan telah berhubungan dengan Israel sejak 1992

Kazakhstan sendiri sebenarnya sudah lama menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Hubungan bilateral kedua negara telah terjalin selama lebih dari 30 tahun, sejak Kazakhstan merdeka dari Uni Soviet pada 1992. Tokayev menilai kesepakatan ini akan membuka peluang ekonomi untuk Kazakhstan.

"Ini berarti kami akan mendapatkan keuntungan tertentu dari sudut pandang kerja sama ekonomi. Kami selalu memiliki hubungan baik dengan Israel dan negara-negara Timur Tengah. Ini merupakan kelanjutan logis dari kebijakan kita," kata Tokayev.

Menurut pejabat tinggi pemerintahan Trump, kesepakatan ini akan membangun hubungan yang melampaui sekadar urusan diplomatik biasa. Hubungan yang terjalin melibatkan perkembangan ekonomi khusus dan unik pada berbagai isu.

2. Upaya menghidupkan kembali Abraham Accords

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Axios bahwa langkah ini dirancang untuk menghidupkan kembali momentum Abraham Accords. Melalui perjanjian ini, Israel diharapkan akan membuka lebih banyak hubungan dengan negara-negara Arab dan Muslim.

“Apa yang telah dilakukan presiden adalah memberi sinyal bahwa momentum Abraham Accords hidup dan baik di pemerintahan kedua,” ujar Wakil Presiden AS, JD Vance.

Steve Witkoff, Utusan Khusus AS, sebenarnya telah mengisyaratkan pengumuman ini di Miami sehari sebelumnya. Ia mengatakan akan terbang kembali ke Washington karena akan ada pengumuman negara lain bergabung ke Abraham Accords.

3. Kazakhstan semakin dekat dengan AS

Bergabungnya Kazakhstan juga mencerminkan upaya negara tersebut untuk memperdalam hubungan dengan AS. Negara Asia Tengah ini dinilai sedang berupaya mengimbangi pengaruh Rusia dan China di kawasan.

Dalam pertemuan di Washington, Kazakhstan dan AS telah menandatangani nota kesepahaman untuk memperluas kerja sama di bidang material penting. Keduanya berencana mengumumkan usaha patungan besar untuk mengembangkan deposit tungsten Kazakhstan. Tungsten adalah logam yang vital untuk pembuatan senjata, di mana China saat ini menjadi pemasok utamanya, dilansir NYT.

Sementara itu, Trump mengklaim akan ada lebih banyak negara selain Kazakhstan yang akan bergabung Abraham Accords. AS sendiri dilaporkan telah berupaya menggaet Arab Saudi yang mensyaratkan pembentukan negara Palestina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team