Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
suasana demonstrasi di Guatemala City (twitter.com/BArevalodeLeon)
suasana demonstrasi di Guatemala City (twitter.com/BArevalodeLeon)

Jakarta, IDN Times - Warga Guatemala di beberapa wilayah, pada Minggu (3/9/2023), mengungkap rencananya untuk melindungi demokrasi di tengah masalah yang dituduhkan kepada presiden terpilih Bernardo Arevalo. Mereka pun meminta agar Kejaksaan Agung dan oposisi menghargai hasil pilpres. 

Usai pilpres yang dimenangkan Arevalo, situasi politik di Guatemala masih belum kondusif. Pasalnya, izin hukum partai Arevalo, Movimiento Semillia, dicabut karena dianggap melakukan kecurangan dengan memperoleh tanda tangan palsu warga. 

1. Demonstrasi akan diadakan di sejumlah kota

Kantor Wali Kota San Francisco Quetzaltepeque dan Chiquimula di bagian timur Guatemala telah mengajak seluruh warganya untuk ikut demonstrasi. Mereka menolak rencana kudeta yang diduga akan dilakukan oleh oposisi dan Kejaksaan Agung. 

Warga di wilayah tersebut juga berencana mendesak agar Jaksa Agung Consuelo Porras, Rafael Curruchiche, dan Hakim Freddy Orellana mundur dari jabatannya. Sejauh ini sudah ada lebih dari 6 ribu warga pribumi yang setuju menandatangani kemenangan Arevalo dalam pilpres.

Dilaporkan Telesur, demonstrasi dan long-march tersebut juga rencananya akan digelar pada Senin (4/9/2023) di Chichicastenango. Demo ini diorganisir oleh Komunitas Pribumi yang akan dilangsungkan di depan Kantor Kementerian Publik dan Keadilan. 

Sedangkan, organisasi masyarakat di Huehuetenango menyerukan aksinya duduk di depan Kantor Kejaksaan Agung pada 4-6 September. Mereka menuntut agar Kejaksaan Agung mengakui hukum dan demokrasi di Guatemala. 

2. Partai Movimiento Semillia boleh kembali beroperasi

Pengadilan Elektoral (TSE) mengungkapkan pemblokiran penangguhan Partai Movimiento Semillia, sehingga partai tersebut dapat kembali beroperasi secara legal di Guatemala. 

Dilaporkan Associated Press, pemblokiran ini hanya berlaku untuk sementara hingga periode pemilu berakhir pada 31 Oktober mendatang. Aturan ini sesuai dengan hukum di Guatemala yang tidak memperbolehkan penangguhan partai selama masa pemilu. 

Sejauh ini, Partai Movimiento Semillia telah mengajukan keberatan soal penangguhan partainya melalui pengadilan. Sayangnya, mereka tidak mendapat hasil apapun sejauh ini dan kemungkinan akan kembali dibekukan pada 1 November. 

Di sisi lain, Kejaksaan Agung masih terus menginvestigasi apakah memang ada kecurangan terkait pengambilan tanda tangan dari partai tersebut beberapa tahun sebelumnya. 

3. Arevalo sebut politikus korup berencana lancarkan kudeta

Pada Jumat (1/9/2023), Bernardo Arevalo menyatakan bahwa akan ada kudeta yang bertujuan menghalanginya duduk sebagai pemimpin di Guatemala. Ia berhasil memenangkan pilpres dengan kampanye anti-korupsi dan gratifikasi, yang membuat khawatir elite korup. 

"Terdapat sekelompok politikus elite dan pejabat yang menolak menerima hasil pilpres dan melancarkan sebuah rencana untuk merusak aturan konstitusional dan melanggar demokrasi," tutur Arevalo, dikutip France24.

"Aksi-aksi tersebut akan menjadi bagian dari kudeta yang dipromosikan oleh institusi-institusi yang seharusnya menjamin keamanan dan keadilan di negara kita," sambungnya. 

Pekan lalu, Komisi HAM Inter-Amerika (IACHR) mengatakan, Arevalo dan wakilnya Karin Herrera terus menjadi objek hinaan dari akun media sosial dan terdapat ancaman pembunuhan kepada mereka. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorBrahm