Pada 15 Oktober 2022, demonstran bernama Dorsa sempat dihentikan di sebuah pos pemeriksaan saat mengemudi melalui sebuah kota di Provinsi Gilan bagian utara.
Saat itu, Dorsa bersama saudara perempuan dan dua teman laki-lakinya. Mobil mereka digeledah dan ketika dua kaleng cat semprot ditemukan di tas saudara perempuannya, polisi setempat mencurigai mereka dan terjadi kekacauan.
Dorsa mengatakan mereka dibawa ke sebuah gedung di mana mereka dipaksa untuk menandatangani pengakuan yang mengatakan bahwa mereka telah melakukan protes, sebelum dipisahkan.
“(Mereka) menutupi wajah saya dengan syal dan saya tidak bisa melihat apa-apa. Saya ditelanjangi dan diberitahu bahwa seorang dokter wanita akan masuk ke ruangan dan memeriksa saya. Beberapa menit kemudian, seseorang datang ke kamar dan ketika mereka menyentuh saya, saya tahu itu laki-laki,” katanya, dilansir The Guardian.
“Dia terus menyentuh saya di mana-mana dan kemudian mengambil sebuah benda dan memasukkannya ke dalam vagina saya. Dia terus menyentuh saya dengan benda itu, sementara dengan tangan yang lain, dia meraba-raba seluruh tubuh saya. Saya terbaring kaku dan masih kesakitan akibat pukulan yang saya terima selama interogasi. Saya berbaring di sana karena saya tidak tahu berapa lama. Dia kemudian pergi," tambahnya.