Kekuasaan ISIS Melemah, Taktik Perang Mulai Diubah, Seperti Apa Jadinya?

Serangan demi serangan yang ditujukan kepada kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) membuat mereka kehilangan 14 persen dari wilayah kendali di Irak dan Suriah pada semester pertama tahun 2016. Lembaga kajian Inggris, HIS melaporkan bahwa perkembangan kelompok teror ISIS perlahan tapi pasti terus mengalami kemunduran.
Kini, ISIS yang memproklamasikan kekhalifahannya pada 2014 dengan berpusat di Raqqa, Suriah, ini telah kehilangan 12 persen dari total wilayah yang dikuasainya di Irak dan Suriah. Pada tahun 2015, wilayah ISIS telah menyusut dari 12.800 kilometer persegi menjadi 78.000 kilometer persegi. Dengan kata lain mereka telah kehilangan total 14 persen dari wilayah kekuasaan.
Di Suriah, ISIS juga terus berada di bawah tekanan dari pasukan rezim Suriah yang didukung koalisi Rusia, aliansi Arab-Kurdi yang didukung koalisi AS, dan tekanan dari pasukan oposisi Suriah. Sementara di Irak, pasukan keamanan koalisi AS yang didukung dan bekerja sama dengan kelompok milisi pro-pemerintah menekan ISIS dalam beberapa rangkaian pertempuran.
Militan ISIS juga mengepung Minbej, Suriah, yang berada pada rute pasokan utama mereka antara Suriah dan Turki. Pada Maret lalu, kelompok jihadis telah dipukul dari kota kuno Palmyra, Suriah, dan kemudian pada Juni didepak dari Fallujah, sebuah kota besar di Irak.
Jauh sebelumnya, pada tahun 2015, kelompok ISIS juga telah kehilangan Tal Abyad, daerah penting di perbatasan Suriah dan Turki, serta Ramadi, kota di Irak. Pada Mei lalu, Pentagon mengatakan, ISIS telah kehilangan sekitar 45 persen dari wilayah yang dikuasainya di Irak serta antara 16 dan 20 persen dari wilayahnya di Suriah.
Taktik perang baru ISIS yang berbahaya: serangan dengan korban massal!
Analis senior IHS, Columb Strack mengkhawatirkan bahwa kekalahan besar wilayah di Irak dan Suriah mungkin akan membuat ISIS melipatgandakan usaha mereka pada serangan dengan korban massal.
Bersamaan dengan penyusutan wilayah khalifah ISIS menunjukan bahwa proyek tata kelola khalifah mereka gagal. Kelompok ini dipastikan akan memprioritaskan perang gerilya. Perubahan strategi perang yang dilakukan antara lain adalah peningkatan serangan yang mengakibatkan jatuhnya korban massal serta sabotase infrastruktur ekonomi di Irak dan Suriah.
Pendapatan ISIS juga menurun sebanyak 80 juta dolar AS per bulan.
Hingga saat ini, ISIS juga diberitakan mengalami penurunan pendapatan, dari sekitar 80 juta dolar AS per bulan atau setara 1,05 triliun rupiah pada pertengahan tahun 2015 menjadi 56 juta dolar atau setara 743 miliar rupiah per bulan pada Maret 2016.
Angka ini diperkirakan akan terus menurun dengan persentase 35 persen. Merosotnya pendapatan ini juga dikombinasikan dengan kemunduran kekuatan militan di lapangan yang secara jelas akan berdampak buruk pada kohesi internal kelompok. Hal ini ditandai dengan aksi pembelotan atau desersi yang terjadi sejak bulan Januari 2016.