ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva
Beijing sendiri beberapa kali mengungkapkan kecaman terhadap peserta unjuk rasa. Salah satunya ketika mereka mencoret-coret slogan dan simbol Tiongkok di kantor perwakilan Beijing di Hong Kong beberapa waktu lalu. Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok pun mengingatkan bahwa "perilaku beberapa demonstran radikal menantang otoritas pemerintah pusat".
Ini, menurut Beijing, adalah sesuatu yang "sama sekali tak bisa ditoleransi". Bahkan, Tiongkok mengancam akan menurunkan pasukan militer jika diperlukan. Dalam "one country, two systems", Hong Kong memang punya unit kepolisian sendiri. Sedangkan pertahanan dan kebijakan luar negerinya diurus oleh Beijing.
Dengan kata lain, Hong Kong tidak punya militer sendiri. Walau Tiongkok dilarang mengirimkan pasukan militer untuk intervensi urusan lokal Hong Kong, keterlibatan mereka bukannya mustahil sama sekali. Pasalnya, berdasarkan aturan, pemerintah Hong Kong bisa meminta bantuan Beijing jika dibutuhkan.
Willy Lam, profesor di Chinese University di Hong Kong, mengatakan kepada The New York Times bahwa kasak-kusuk soal militer itu hanya untuk menekan para demonstran agar menghentikan aksi mereka.
"Tiongkok akan kehilangan sangat kehilangan muka," kata Lam. "Mengirimkan tentara akan berarti bahwa 22 tahun usai kembalinya kedaulatan, Beijing gagal memenangkan hati dan pikiran warga Hong Kong sampai perlu mengandalkan kekuatan militer."