Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (Didiz, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (Didiz, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Wisma Putra sebut rencana perdamaian tak lindungi rakyat Palestina.

  • Prinsip utama termasuk jaminan perlindungan bagi warga Palestina dan penghentian pendudukan Israel.

  • Malaysia akan tetap berjuang membawa isu-isu tersebut ke forum internasional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesMalaysia tidak menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Internasional di Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Senin (13/10/2025). Negara itu menolak undangan karena hanya memberikan dukungan bersyarat terhadap proposal perdamaian 20 poin untuk Gaza. Acara yang dipimpin bersama oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, dihadiri lebih dari 20 kepala negara yang seluruhnya menyetujui rencana tersebut tanpa syarat.

“Kami termasuk di antara beberapa negara yang memberikan dukungan bersyarat,” kata Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dalam sesi tanya jawab di Dewan Rakyat pada Selasa (14/10/2025), dikutip dari Malay Mail.

Sikap Malaysia itu muncul karena kebijakan luar negerinya menuntut solusi menyeluruh, termasuk pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat dan jaminan hak kembali bagi rakyat yang terusir. Anwar menilai proposal 20 poin tersebut tidak menyinggung isu pendudukan Israel maupun kekerasan di Tepi Barat, sehingga Malaysia tidak masuk dalam daftar undangan.

1. Wisma Putra sebut rencana perdamaian tak lindungi rakyat Palestina

Bendera Malaysia (pexels.com/Thilipen Rave Kumar)

Dilansir dari The Vibes, Kementerian Luar Negeri Malaysia, atau Wisma Putra, menilai rencana perdamaian itu belum memenuhi prinsip utama yang dipegang Kuala Lumpur. Dalam pernyataannya, Wisma Putra menyoroti absennya jaminan perlindungan bagi warga Palestina, bantuan kemanusiaan segera, penghentian pendudukan Israel, serta pembentukan negara Palestina yang merdeka. Prinsip-prinsip ini menjadi pilar utama kebijakan Malaysia dalam mencapai perdamaian abadi di kawasan Timur Tengah.

Wisma Putra menyampaikan bahwa Malaysia akan tetap berjuang membawa isu-isu tersebut ke forum internasional.

Dilansir dari Harapan Daily, menjawab pertanyaan dari anggota parlemen Arau, Shahidan Kassim, Anwar menjelaskan bahwa negara-negara seperti Indonesia, India, Pakistan, Azerbaijan, Armenia, dan Siprus menerima undangan karena mendukung penuh proposal 20 poin tanpa syarat. Sementara itu, Malaysia, bersama Qatar dan Yordania, memilih dukungan bersyarat yang akhirnya membuatnya absen dari pertemuan tersebut. Sikap ini disebut mencerminkan komitmen Malaysia terhadap penyelesaian yang adil dan menyeluruh.

2. Malaysia soroti krisis kemanusiaan akibat pembatasan bantuan ke Gaza

ilustrasi bantuan obat-obatan (pexels.com/RDNE Stock project)

Anwar menyoroti kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza. Ia menyebut hanya 167 truk bantuan yang diizinkan masuk, jauh dari 600 truk yang dijanjikan. Menurutnya, situasi ini menunjukkan betapa beratnya penderitaan warga Palestina di tengah pembatasan yang diberlakukan Israel.

“Beberapa orang bertanya mengapa kami mendukung rencana perdamaian sama sekali. Itu karena kami ingin penghancuran dan pembunuhan - termasuk wanita dan anak-anak - segera dihentikan,” ujar Anwar.

3. Hamas kirim surat, Malaysia tegaskan komitmen pada perdamaian adil

ilustrasi surat (pexels.com/Tolga deniz Aran)

Dalam surat yang ditujukan kepada Anwar, Hamas menyatakan siap mendukung inisiatif perdamaian selama mencakup penyelesaian menyeluruh untuk mengakhiri permusuhan dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau Gaza. Kelompok itu juga menyoroti pentingnya menjadikan hukum internasional sebagai dasar perdamaian jangka panjang.

Anwar mengatakan bahwa perwakilan Hamas yang hadir di Sharm el-Sheikh menyampaikan pesan serupa, menekankan perlunya solusi yang menghormati hak-hak rakyat Palestina. Namun, baik Hamas maupun Israel tidak berpartisipasi secara resmi dalam KTT tersebut. Malaysia menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan di kawasan Timur Tengah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team