Rekonstruksi Penandatanganan Perjanjian Waitangi 6 Februari 1840 (Archives New Zealand from New Zealand, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)
Melansir The Guardian, Perjanjian Waitangi ditandatangani pada tahun 1840 oleh Kerajaan Inggris dan lebih dari 500 kepala suku Maori untuk mendirikan negara bangsa. Perjanjian tersebut mencakup berbagai isu termasuk hak atas tanah dan budaya serta hubungan Maori dengan penguasa. Meskipun bukan dokumen hukum, beberapa prinsip perjanjian telah dikembangkan dan dimasukkan dalam undang-undang.
Ada versi bahasa Inggris dan versi Maori dari perjanjian tersebut. Dokumen-dokumen ini mengandung perbedaan mendasar yang telah lama mengganggu penerapan perjanjian dan cara menafsirkannya. Untuk membantu mengatasi hal ini, selama 50 tahun terakhir, para pembuat undang-undang, pengadilan, dan Pengadilan Waitangi (sebuah lembaga yang menyelidiki pelanggaran perjanjian) telah melihat maksud atau semangat perjanjian yang lebih luas, untuk mendefinisikan prinsip-prinsipnya. Prinsip-prinsip perjanjian tidak ditetapkan secara baku dan bersifat fleksibel.
Prinsip-prinsip tersebut dapat bertindak sebagai mekanisme untuk membantu pemerintah memenuhi kewajibannya kepada suku Maori berdasarkan perjanjian tersebut, ungkap Carwyn Jones, seorang akademisi utama dalam hukum Maori di Te Wānanga o Raukawa, sebuah penyedia pendidikan tinggi bagi suku Pribumi Selandia Baru.
Juga, prinsip-prinsip tersebut digunakan dalam upaya untuk merevitalisasi bahasa Maori, termasuk menjadikannya bahasa resmi, dan digunakan untuk mendirikan Otoritas Kesehatan Maori guna membalikkan hasil kesehatan yang buruk bagi suku Maori, yang dibongkar oleh pemerintah koalisi tahun ini.
Jones mengatakan jika prinsip-prinsip pengakuan hak untuk suku Maori direvisi dan dilemahkan, maka akan ada lebih sedikit mekanisme hukum bagi mereka untuk mendapatkan pengakuan atas hak mereka, yang berpotensi menyebabkan ketegangan sosial.