Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Alaska memiliki nilai simbolis yang kuat karena pernah menjadi bagian dari wilayah Kekaisaran Rusia selama lebih dari 65 tahun. Wilayah ini kemudian dijual kepada AS dalam sebuah transaksi bersejarah pada tahun 1867 seharga 7,2 juta dolar AS .
Penjualan tersebut terjadi di tengah hubungan kedua negara yang terbilang hangat pada abad ke-19. Saat itu, Rusia lebih memilih menjual Alaska kepada AS yang dianggap sebagai sahabat daripada membiarkan wilayah itu direbut oleh rivalnya, Inggris.
Sisa-sisa pengaruh budaya Rusia bahkan masih dapat ditemukan di Alaska hingga hari ini. Terdapat sekitar 80 gereja dan kapel Ortodoks Rusia yang masih berdiri, serta beberapa nama kota yang berasal dari bahasa Rusia seperti Ninilchik.
Menurut sejarawan, pemilihan lokasi ini diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat kerja sama di masa lalu.
"Simbolisme Alaska akan menjadi pengingat bagaimana AS dan Rusia pada sebagian besar abad ke-19 mampu melampaui perbedaan ideologis dan politik serta ekspansionisme mereka, untuk memiliki hubungan kerja sama yang hangat, bersahabat," kata David S. Foglesong, seorang profesor sejarah di Rutgers University, dilansir dari Time.