Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)
Kelompok pemberontak M23 mulai kembali melakukan pemberontak pada November tahun lalu setelah bertahun-tahun berdamai, yang dilakukan setelah menuduh pemerintah RD Kongo gagal menghormati kesepakatan untuk mengintegrasikan para pejuangnya ke dalam tentara. Selama akhir pekan, M23 menggandakan wilayah yang mereka kuasai, menguasai dua kota besar.
Kebangkitan M23 memiliki dampak besar bagi hubungan di Afrika tengah karena RD Kongo menuduh tetangganya Rwanda mendukung pemberontak. Ketegangan yang meningkat membuat RD Kongo mengusir duta besar Rwanda pada Sabtu (29/10).
Ketegangan yang meningkat juga membuat warga RD Kongo melakukan protes marah terhadap M23 dan Rwanda, dengan ratusan orang turun ke jalan di provinsi Kivu Selatan pada hari Rabu, mereka menyerukan agar orang-orang Rwanda pergi. Dua hari lalu protes juga terjadi di Goma, di mana ribuan orang menuntut senjata untuk melawan Rwanda.
Rwanda telah membantah memberikan dukungan terhadap M23, tapi laporan PBB pada bulan Agustus menemukan bahwa Rwanda telah memberikan dukungan langsung kepada milisi.
Selain M23 masih ada kelompok-kelompok pemberontak lainnya di RD Kongo, termasuk Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR) dan Pasukan Demokrat Sekutu (ADF). FDLR adalah kelompok pemberontak Hutu, dipandang Rwanda sebagai ancaman dan menuduh RD Kongo mendukung mereka. ADF, terkait dengan ISIS dan bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan orang RD Kongo dan pemboman di Uganda.