Kebijakan Iran yang mendapat penolakan penuh dari Israel dan Amerika Serikat, membuat negara mereka menjadi target "infiltrasi".
Pemerintah Amerika Serikat yang mulai meletakkan kembali sanksi kepada Iran pada tanggal 4 November lalu, memaksa Iran untuk meningkatkan pertahanan dalam negerinya termasuk sistem siber dari upaya penyerangan AS maupun sekutunya Israel.
Serangan infiltrasi pun sudah dilakukan tanpa disadari seperti kesaksian Komandan Utama Iran penanggulangan sabotase, Jenderal Gholam Reza Jalali, yang menyatakan beberapa minggu lalu mereka menemukan bahwa telepon Presiden Hassan Rohani telah disadap oleh negara yang tidak disebutkan namanya.
Banyaknya infiltrasi yang dan akan terjadi di Iran, membuat negara dengan populasi 81 juta orang ini selalu dalam kondisi siap perang.