Jakarta, IDN Times - Fazal, pekerja pabrik batu bata di Afghanistan yang kini menganggur dan dililit utang, terpaksa ‘menjual’ putri-putrinya yang masih kecil, supaya keluarganya tidak mati kelaparan. Dia adalah satu dari sekian warga Afghanistan yang menjadikan pernikahan anak sebagai solusi atas krisis yang terjadi di negaranya.
Bulan lalu, Fazal menerima pembayaran mahar sebesar 3.000 dolar AS (sekitar Rp42,7 juta) setelah menyerahkan dua putrinya yang berusia 13 dan 15 tahun, kepada lelaki yang usianya dua kali lipat dari mereka. Jika uangnya habis, dia bahkan kepikiran untuk menikahkan anaknya yang masih berusia 7 tahun.
"Saya tidak punya cara lain untuk memberi makan keluarga saya dan melunasi utang saya. Apa lagi yang bisa saya lakukan? Saya sangat berharap untuk tidak menikahkan putri bungsu saya,” kata dia kepada Thomson Reuters Foundation di Kabul, dikutip dari Reuters.