Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anak-anak Afghanistan (Pixabay.com/WikiImages)

Jakarta, IDN Times - Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, kehidupan masyarakat negara itu anjlok. Sebagian besar masayarakat jatuh miskin. Menjual anak yang masih sangat muda dalam ikatan pernikahan, jamak dilakukan agar sebuah keluarga tetap bisa makan.

Sebelum dikuasai Taliban, Afghanistan banyak mendapat bantuan pendanaan dari luar negeri. Tapi usai kelompok itu berkuasa, semua bantuan berhenti mengalir. Ekonomi limbung dan rakyat terancam kelaparan.

Meski sudah ada larangan pernikahan paksa yang diumumkan oleh Taliban, tapi masih banyak warga Afghanistan yang melakukan praktik menjual anak dalam ikatan pernikahan. Langkah yang dilakukan itu menunjukkan kehidupan warga negara yang sudah putus asa.

Berikut ini kisah tragis yang dilakukan oleh keluarga Afghanistan, dengan berbagai pilihan sulit untuk menghidupi keluarga yang sangat membutuhkan makanan.

1. Menjodohkan gadis yang sangat muda untuk mendapatkan uang

Ilustrasi (Twitter.com/OCHA Afghanistan)

Di beberapa wilayah Afghanistan, mengatur pernikahan gadis yang sangat muda adalah hal yang biasa. Ini terutama di wilayah barat yang bernama Herat. Sebuah keluarga yang miskin bersedia menjual anak mereka agar anggota keluarga lain tetap bisa makan.

Dikutip dari Associated Press, Asuntha Charles, direktur organisasi bantuan World Vision di Afghanistan mengatakan "hari demi hari situasinya memburuk di negara ini, terutama anak-anak menderita. Hari ini saya sangat sedih melihat keluarga bersedia menjual anak-anak mereka untuk memberi makan anggota keluarga lainnya,"

Praktik menjodohkan anak gadis yang masih sangat muda, biasanya berumur 10 tahun atau bahkan kurang. Keluarga mempelai pria akan membayar uang untuk mengunci kesepakatan. Gadis yang dijodohkan tersebut dapat tinggal bersama orang tua sampai sekitar 15 tahun.

Beberapa keluarga bahkan mengizinkan calon mempelai pria untuk mengambil gadis yang sangat muda itu, karena banyak yang sudah tidak mampu membeli bahan makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan perut.

2. Mengorbankan satu untuk menghidupi yang lain

Editorial Team

EditorPri Saja

Tonton lebih seru di