Jakarta, IDN Times – Latifa Alizada, seorang perawat di salah satu rumah sakit di Kabul, adalah satu-satunya pencari nafkah bagi keluarganya. Dia memiliki tanggungan tiga anak yang masih kecil dan suaminya.
Sejak Taliban merebut ibu kota dan megambil alih pemerintahan Afghanistan, di tengah situasi yang sudah buruk akibat kekeringan dan pandemik COVID-19, Latifa terpaksa menganggur. Dia hanya bisa mengkhawatirkan masa depan tanpa berbuat apa-apa.
Perempuan berusia 27 tahun itu terpaksa meninggalkan pekerjaannya di Rumah Sakit Jamhuriat. Keputusan itu dia ambil setelah mendengar keterangan Taliban bahwa gaji mereka tidak akan dibayarkan. Selain itu, Latifa juga mengaku kesulitan dengan kewajiban memakai cadar dan pemisahan antara perawat laki-laki dengan perempuan.
"Saya keluar dari pekerjaan karena tidak ada gaji. Tidak ada gaji sama sekali," katanya sambil menggandeng tangan dua anaknya yang sedang mengunyah jagung manis.
"Kalau saya ke sana, mereka bilang 'Jangan bekerja dengan gaya berpakaian seperti ini. Jangan bekerja dengan laki-laki. Bekerjalah dengan perempuan.' Ini tidak mungkin. Bagi kami tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena kami adalah pekerja medis," ucap Latifa, kepada AFP, di pasar jalanan di Kabul.