Seorang korban perempuan asal Taiwan yang bernama Yu Tang mengatakan kepada The Guardian bahwa dirinya dihubungi melalui Facebook pada April 2022 lalu oleh seorang wanita Taiwan.
Wanita yang menghubunginya itu menemukannya di sebuah grup Facebook untuk orang-orang yang mencari pekerjaan.
Dia ditawari pekerjaan di luar negeri di pusat panggilan atau bantuan untuk industri game dan kasino online. Ketika dia menyatakan keraguannya, mereka menawarkan untuk membayar penerbangan kembali dan setuju untuk bertemu dengannya secara langsung.
"Saya tidak percaya mereka tapi kemudian kami bertemu di tempat umum," katanya.
Pria itu tampak normal, kata Yu Tang. Dia setuju untuk mengambil pekerjaan itu dan bertemu di bandara oleh individu yang berbeda. Dia juga bertemu dengan beberapa orang lain yang juga mencari pekerjaan.
Mereka bertemu lagi di bandara Phnom Penh oleh orang lain yang mengaku sebagai agen perjalanan tetapi terlihat seperti gangster. Agen mengambil paspor para korban dan mengklaim hal itu dilakukan untuk memproses surat izin mengemudi, namun hingga saat ini tidak pernah dikembalikan.
Semua catatan percakapan dengan para sindikat telah dihapus dari telepon para korban, kata Yu Tang. Setelah itu, mereka dibawa ke Sihanoukville dan diberitahu bahwa mereka akan bekerja dalam operasi penipuan via telepon.
Mereka juga diberitahu bahwa mereka harus merekrut orang lain untuk membayar 17 ribu dolar AS atau Rp252 juta jika mereka ingin dibebaskan. Yu Tang berkata ketika seorang pria keberatan, dia dipukuli hingga pingsan dan disetrum dengan pistol setrum.