Ilustrasi unjuk rasa. (Unsplash.com/Alex Radelich)
Dilansir BBC, unjuk rasa anti-pemerintah di Kolumbia dimulai pada 28 April yang dilakukan untuk menentang serangkaian reformasi pajak yang sekarang ditarik. Namun, protes itu telah meningkat menjadi gerakan anti-pemerintah yang luas, dengan ratusan ribu orang turun ke jalan, yang menuntut tindakan reformasi kesehatan dan pendidikan, di antara isu-isu lainnya.
Potes tersebut telah ditentang karena berlawanan dengan perintah pengadilan, yang memutuskan bahwa demonstrasi harus ditunda karena tingginya kasus virus corona di Kolombia. Akibatnya, kehadiran polisi dalam jumlah besar selama demonstrasi, dan pasukan keamanan terlibat bentrokan mematikan dengan pengunjuk rasa, yang sebagian besar kekerasan terjadi di kota Cali.
Dalam unjuk rasa yang berlangsung selama berminggu-minggu itu, pihak berwenang menyampaikan setidaknya ada 61 orang tewas dalam demonstrasi, yang kebanyakan warga sipil. Namun, LSM Human Rights Watch telah mengutip "laporan yang dapat dipercaya" yang menyebutkan ada 67 orang tewas.
Terkait kekerasan polisi selama protes para pengunjuk rasa ingin Duque mengecam penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi, tapi presiden sebelumnya telah meminta lawan politiknya untuk mengutuk lusinan penghalang jalan yang didirikan oleh pengunjuk rasa di seluruh negeri, yang ia tuduh telah menghambat ekonomi dan menyebabkan kematian dua bayi yang terperangkap dalam ambulans.