Ozil mengunggah komentarnya yang menggunakan latar belakang bendera Republik Turkistan Timur yang kini sudah tidak ada lagi.
"Turkistan Timur, luka berdarah suatu bangsa, yang melawan pelaku persekusi yang mencoba memisahkan mereka dari agama mereka. Mereka membakar Quran. Mereka menutup masjib-masjid. Mereka melarang sekolah-sekolah.
Mereka membunuh orang-orang suci. Mereka dipaksa masuk ke kamp-kamp dan keluarga mereka dipaksa tinggal bersama laki-laki Tiongkok. Para perempuan dipaksa menikahi laki-laki Tiongkok.
[Di Tiongkok] Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah yang mengajarkan Islam, madrasah dilarang, ulama dibunuh satu per satu. Meski demikian, para Muslim tetap diam."
Ini mengundang media pemerintah dan fans Arsenal di Tiongkok untuk meluapkan kemarahan. "Peristiwa ini menghancurkan citra Ozil dan Arsenal serta Liga Primer mungkin akan membayar harganya," tulis Global Times di Twitter. Stasiun TV pemerintah pun menolak menayangkan laga Arsenal vs Manchester City pada 15 Desember 2019.
Nasib Arsenal masih lebih baik dibandingkan NBA. Dilansir Yahoo Finance, rating siaran pertandingan NBA di Tiongkok menurun 22 persen di stasiun TV TNT dan 19 persen ESPN usai General Manajer Houston Rockets menunjukkan dukungannya kepada demonstran Hong Kong yang tengah menentang pemerintah.