Ilustrasi ponsel yang menampilkan logo TikTok. (Unsplash.com/Olivier Bergeron)
Melansir BBC, tahun lalu, TikTok mengakui bahwa beberapa karyawannya di China dapat mengakses data pengguna Eropa. Perusahaan induknya, ByteDance, menghadapi peningkatan pengawasan Barat dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran mengenai akses yang dimiliki Beijing terhadap data pengguna.
Bulan lalu, pemerintah Belanda dilaporkan menyarankan pejabat publik untuk menghapus TikTok dengan alasan keamanan.
Di Inggris, ketua Komite Pemilihan Urusan Luar Negeri, anggota parlemen Alicia Kearns, baru-baru ini menyerukan agar orang tidak menggunakan TikTok.
Larangan juga telah diberlakukan Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu, yang melarang TikTok pada perangkat yang dikeluarkan pemerintah federal karena masalah keamanan nasional. AS khawatir pemerintah China dapat memanfaatkan TikTok untuk mengakses data pengguna AS.
Kepala eksekutif TikTok, Shou Zi Chew, berkunjung ke Brussel pada bulan lalu untuk berbicara dengan pejabat UE, yang memperingatkan TikTok untuk memastikan keamanan data pengguna Eropa. Menurutnya, masih ada jalan untuk mendapatkan kembali kepercayaan mereka.
Juri bicara UE mengungkap, dalam pertemuan Shou mengatakan bahwa perusahaan sedang mengerjakan sistem yang "kuat" untuk memproses data penggunan Eropa di Eropa.
TikTok juga telah berjanji untuk menyimpan data pengguna AS di AS untuk menghilangkan kekhawatiran Washington.