Suasana penyergapan yang dilakukan Pejuang Mujahidin terhadap konvoi Militer Soviet. twitter.com/metesohtaoglu
Diakui sebagai negara yang berdaulat sejak 1919, Emirat Islam Afghanistan berhasil menjadi negara yang damai untuk beberapa dekade sampai tetangga raksasanya di utara menginvasi.
Kudeta yang dilakukan tokoh nasionalis-komunis Afghanistan melengserkan kekuasaan Emirat Islam Afganistan. Ini menyebabkan kekacauan serius di negara tersebut karena implementasi perubahan progresif pascakudeta yang bertolak belakang dengan paham tradisionalis.
Khawatir akan terjadinya revolusi Islam seperti yang berlangsung di Iran, pemerintah Uni Soviet melancarkan invasi militer terhadap Afganistan pada 1979. Soviet melakukan itu untuk mengantisipasi jatuhnya Afghanistan ke dalam pengaruh Islamis, seperti yang dilansir History.com.
Sama seperti Inggris, militer Soviet sangat meremehkan pejuang Mujahidin yang memberontak melawan kependudukan Uni Soviet dan Negara Demokratik Afghanistan yang berhaluan komunis. Petinggi militer Soviet yang memprediksi pertempuran tidak akan berlangsung lama.
Namun, ternyata mereka harus menghadapi realitas pahit setelah pasukan kebanggaannya yang tidak pernah kalah sejak Perang Dunia II mulai tidak berkutik melawan segerombolan pejuang sipil bersenjatakan AK-47 dan peluncur roket.
Strategi militer Soviet terbiasa berfokus melawan musuh konvensional, seperti militer AS dan NATO. Soviet justru tidak siap melawan pasukan pemberontak yang berperang secara gerilya tanpa persenjataan canggih seperti tank ataupun pesawat tempur. Ketidaksiapan Soviet dalam melatih prajuritnya untuk berperang melawan pemberontakan besar-besaran di Afghanistan menyebabkan sekitar 15 ribu prajurit Soviet gugur.
Api pemberontakan dinilai sangat sulit untuk dipadamkan akibat seruan jihad oleh pejuang Mujahidin terhadap militer Soviet, yang dicap sebagai anti-Islam. Akhirnya pada 1989, pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev, menarik mundur pasukannya setelah 10 tahun berperang melawan pemberontakan Mujahidin tanpa adanya kemajuan.
Beberapa tahun kemudian, Uni Soviet runtuh karena kegagalan transformasi ekonomi serta korupsi besar-besaran. Negara Demokratik Afghanistan ikut runtuh satu tahun setelah Uni Soviet, tepatnya pada 1992, ketika pemerintahan komunis mereka ditumbangkan dan Negara Islam Afghanistan didirikan.