Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi garis polisi (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi garis polisi (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - Konvoi di Burkina Faso utara yang dikawal oleh tentara pada Senin (5/9/2022) menabrak bom IED yang diduga dipasang oleh kelompok militan. Akibatnya, sebanyak 35 orang tewas dan 37 orang lainnya mengalami luka-luka.

Mereka yang terluka telah dievakuasi dan area ledakan saat ini telah diamankan. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas bom tersebut, tapi kelompok militan jaringan al-Qaeda dan ISIS telah lama menjadi ancaman Burkina Faso.

1. Ledakan bom mematikan kelima sejak Agustus

Ilustrasi Detonator Bom (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam sebuah konvoi antara kota Bourzanga dan Djibo di Burkina Faso utara, salah satu kendaraan yang ditumpangi warga sipil telah menabrak bom IED atau alat peledak improvisasi.

Melansir Associated Press, kabar itu disampaikan oleh Gubernur wilayah Sahel, Rodolphe Sorgho. Konvoi itu dikawal oleh pasukan untuk mengamankan situasi.

"Salah satu kendaraan yang membawa warga sipil menabrak alat peledak rakitan. Korban sementara adalah 35 tewas dan 37 luka-luka, semuanya warga sipil," kata Sorgho.

Bom kali ini adalah ledakan kelima sejak Agustus lalu di sekitar Djibo. Daerah itu telah dikepung oleh militan selama berbulan-bulan. Ledakan ganda juga terjadi bulan lalu antara Djibo dan Namssiguia yang menewaskan 15 orang.

2. Sebagian besar warga sipil yang tewas adalah pedagang

Ledakan bom tersebut terjadi di daerah yang berdekatan dengan Mali dan Niger. Wilayah itu telah lama jadi pusat krisis keamanan yang meluas, karena peningkatan serangan kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIS.

Melansir Al Jazeera, seorang warga Djibo mengatakan bahwa beberapa kendaraan, termasuk truk dan bus angkutan umum, terkena ledakan bom.

"Para korban sebagian besar adalah pedagang yang akan membeli persediaan di (ibu kota) Ouagadougou dan siswa yang akan kembali ke ibu kota untuk tahun ajaran berikutnya," kata warga tersebut, yang tidak mau menyebutkan namanya.

Penguasa junta militer Burkina Faso, Roch Kabore, yang baru saja melakukan kudeta pada Januari, berjanji akan memerangi kelompok militan dan menjadikannya sebagai prioritas utama. Namun sampai saat ini, serangan dari kelompok militan masih terus terjadi.

3. Pemerintah mengaku telah melakukan pembicaraan dengan kelompok militan

Militer Burkina Faso dalam sebuah aktivitas patroli. (Twitter.com/MwanzoTV)

Sebagian besar aksi kekerasan di Burkina Faso terjadi di wilayah utara dan timur. Sekitar 40 persen wilayah negara itu disebut berada di luar kendali pemerintah.

Sehari sebelum kejadian tersebut, pada Minggu, kepala junta Paul-Henri Sandaogo Damiba mengklaim telah terjadi ketenangan di beberapa tempat, kutip Le Monde.

Selain melakukan tindakan ofensif secara militer, pemerintah juga mengklaim melakukan dialog dengan kelompok tertentu lewat pemimpin agama dan pemimpin lokal. Dalam klaimnya, Damiba mengatakan proses itu telah memungkinan beberapa lusin anak muda meletakkan senjata.

Keamanan Mali, Niger, dan Burkina Faso telah terancam selama bertahun-tahun oleh kelompok militan. Namun sejak tahun lalu, Burkina Faso telah jadi pusat kekerasan dengan serangan lebih mematikan daripada dua negara tetangganya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team