Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Reuters/Mohamed Al-Sayaghi

Meski kesepakatan gencatan senjata sudah diteken sejak Desember lalu, korban tewas di perang sipil Yaman masih saja jatuh. Dilansir oleh The Guardian, dua lembaga bantuan internasional merilis data jika angka mereka yang meregang nyawa di tengah pusaran konflik malah bertambah dua kali lipat. Yang lebih mengejutkan, diperkirakan satu jiwa melayang setiap jamnya kendati tak ada kontak senjata.

Tiga bulan pasca perjanjian, terhitung ada lebih dari 231 warga tewas di seluruh penjuru negeri. Penyebab kematian antara lain serangan udara, tertembus timah panas, jadi sasaran penembak jitu yang mengincar dari kejauhan hingga ranjau darat. Sepertiga dari total kematian terjadi di provinsi Al Hudaydah, wilayah yang juga berada dalam gencatan senjata. 56 jiwa di antaranya masih anak-anak.

1. Meski provinsi Al Hudaydah tengah dalam gencatan senjata, kontak tembak masih terdengar di sejumlah kawasan

Reuters/Abduljabbar Zeyad

Menurut angka yang dikumpulkan oleh Norwegian Refugee Council (Dewan Pengungsi Norwegia), korban sipil di Hajjah dan Taiz, dua provinsi yang terletak di pesisir barat, malah meningkat lebih dari dua kali lipat. Sejak kesepakatan Hudaydah dan perjanjian Stockholm berlaku, sudah ada 164 dan 184 orang terbunuh di masing-masing wilayah.

"Meski kekerasan di provinsi Al Hudaydah telah berkurang drastis selama beberapa bulan terakhir, bagian lainnya justru mengalami peningkatan," papar Mohamed Abdi, direktur NRC untuk Yaman.

"Di saat serangan udara ke Al Hudaydah telah berkurang secara signifikan dan perlahan kehidupan berangsur pulih, pertempuran rupanya kian gencar di wilayah lain. Dampaknya pun menyasar keselamatan jiwa rakyat sipil," lanjutnya.

Bahkan menurut organisasi kemanusiaan yang berbasis di Oslo tersebut, sejumlah kontak tembak kembali terdengar seolah tak menggubris status gencatan senjata. Perdamaian negeri yang sudah dilanda konflik horizontal nan pelik sejak 2015 itu tampak rapuh.

2. Gerilyawan Houthi mengklaim siap menyerang ibu kota Arab Saudi dan Uni Emirat Arab jika kedapatan melanggar perjanjian

Editorial Team

Tonton lebih seru di