Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Militer Sudan di kota Khartoum untuk berjaga-jaga terhadap gelombang aksi protes terhadap kudeta yang dilakukan pihak militer. (twitter.com/AJ+)
Militer Sudan di kota Khartoum untuk berjaga-jaga terhadap gelombang aksi protes terhadap kudeta yang dilakukan pihak militer. (twitter.com/AJ+)

Jakarta, IDN Times - Gelombang protes Sudan pada hari Senin (15/11/2021) kembali memanas. Dua pengunjuk rasa dilaporkan meninggal di rumah sakit akibat luka tembak selama protes berlangsung.

Tewasnya 2 orang itu menambah jumlah korban yang timbul sejak protes pada hari Sabtu. Jumlah korban meningkat menjadi delapan orang dan lebih dari 200 lainnya mengalami luka-luka, kata dokter di Sudan, dilansir AP News.

Jumlah korban yang semakin meningkat disinyalir lantaran petugas keamanan menggunakan gas air mata dan tembakan peluru tajam dalam menghalau massa. Protes terus terjadi sejak kudeta pada 25 Oktober lalu.

1. Polisi Sudan bantah gunakan peluru tajam

Polisi Sudan membantah tuduhan penggunaan peluru tajam dan mengatakan bahwa pasukannya hanya menggunakan gas air mata dalam membubarkan massa yang diduga menyerang kendaraan dan kantor polisi. Mereka mengatakan setidaknya 39 polisi terluka pada bentrokan pada hari Sabtu.

Kudeta tersebut telah menuai kecaman internasional dan protes besar-besaran di jalan-jalan ibu kota Khartoum dan di tempat lain di negara itu. Setidaknya 23 pengunjuk rasa tewas sejak 25 Oktober, menurut komite dokter.

2. Seorang anak tertembak di kepala

Rakyat Sudan turun ke jalan memprotes aksi kudeta militer. (twitter.com/African Narratives)

Dilansir Al Jazeera, serikat pekerja menyebut ada delapan pengunjuk rasa yang tewas, termasuk Remaaz Hatim al-Atta yang berusia 13 tahun, yang ditembak di kepala di depan rumah keluarganya di Khartoum, dan Omar Adam yang ditembak di lehernya selama protes di ibu kota. 

“Lebih dari 200 yang terluka telah disurvei sejauh ini, termasuk 100 terluka dengan peluru tajam,” kata Serikat Pekerja, lalu menambahkan bahwa yang lain terluka dengan peluru karet dan gas air mata di Khartoum dan kota Omdurman.

3. Dinilai sangat berlebihan dalam menghadapi demonstran

Aksi demonstrasi yang terjadi di Sudan. (twitter.com/Zerihun Megersa Jima)

Komite Sentral Dokter Sudan yang turut mendukung gerakan protes menyebut bahwa demonstrasi di Khartoum dihadapkan dengan represi yang berlebihan dengan menggunakan segala bentuk kekuatan termasuk penggunaan peluru tajam, dikutip dari Reuters.

Selain itu, akses ke rumah sakit juga dinilai sangat sulit. Pasukan keamanan diduga telah menyerbu rumah sakit Al Arbaeen di Omdurman, memukuli staf medis dan menangkap pengunjuk rasa yang terluka. Abdel Fattah Al-Burhan sebelumnya mengatakan bahwa protes damai diperbolehkan dan petugas keamanan dilarang membunuh pengunjuk rasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team