Dilansir BBC, Katana menjelaskan kepada Sunday Times dugaan perlakuan brutal terhadap anak-anak. Dia mengatakan mereka dikurung di gubuk selama lima hari tanpa makanan atau air.
"Kemudian mereka dibungkus dengan selimut dan dikubur, bahkan yang masih bernafas," kata mantan pengkhotbah yang membantu polisi dalam penyelidikan tersebut.
Para pengikut sekte dibuat percaya mereka akan mencapai surga lebih cepat jika mereka mati kelaparan. Jumlah korban bertambah setelah otoritas setempat menemukan 22 jenazah lagi di Hutan Shakahola, bagian tenggara negara tersebut, pada Sabtu (13/5/2023).
“Tim forensik kami berhasil menggali 22 jenazah hari ini, tetapi kami belum melaporkan adanya penyelamatan," kata Komisaris Regional, Rhodah Onyancha, kepada wartawan sebagaimana dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, pada Jumat (12/5/2023), otoritas setempat menggali 29 mayat, termasuk 12 anak ditemukan dalam satu kuburan. Kasus tersebut telah mengejutkan warga Kenya.
Laporan The South African menyebutkan bahwa penyebab kematian yang dialami korban diduga karena mereka kelaparan. Sementara itu, ahli patologi pemerintah Johansen Oduor menuturkan bahwa beberapa korban, termasuk anak-anak dicekik, dipukuli atau mati lemas.