Melansir Reuters, krisis ekonomi yang terjadi di Lebanon sejak tiga tahun terakhir, membuat warganya beralih ke Eropa untuk mencari pekerjaan. Aktivitas pelayaran migran yang murah dan buruknya kualitas kapal merupakan penyebab terjadinya musibah itu.
Keluarga Mustafa Misto, seorang pria Lebanon yang berada di kapal bersama istri dan tiga anaknya, menerima belasungkawa di apartemen mereka di lingkungan Bab Al-Ramel, kota di Tripoli utara.
"Kami tidak punya siapa-siapa selain Tuhan," kata seorang kerabat lanjut usia ketika menerima duka cita dari para pelayat.
Masyarakat yang takut kerabatnya termasuk di antara korban tewas, terlihat berkumpul di perbatasan Lebanon-Suriah, dimana banyak jasad akan dibawa di kemudian hari.
Menteri Perhubungan Lebanon, Ali Hamiye melaporkan, 20 korban selamat tengah dirawat dirumah sakit Suriah, yang mana kebanyakan mereka adalah warga Suriah. Sekitar satu juta penduduknya tinggal di Lebanon sebagai pengungsi.
Hamiye, warga Palestina yang tinggal di sebuah kamp pengungsi di utara mengatakan, selusin penumpang dari kapal itu berasal dari penghuni kamp-nya.
Dia mengatakan, perahu yang terbuat dari kayu itu ukurannya sangat kecil, sekaligus menambahkan bahwa pelayaran harian itu diadakan oleh penyelenggara yang tidak peduli dengan keselamatan penumpang.
Direktur jenderal pelabuhan Suriah, mengatakan bahwa upaya penyelamatan akan dilanjutkan pada hari Jumat.