Tak hanya membentuk unit khusus, Korea Selatan juga tengah berupaya untuk membuat senjata rudal. Ini tak lepas dari dibatalkannya perjanjian dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Korea Selatan dilarang meciptakan rudal balistik.
Namun, menurut Shin, ada opsi lain yang harus dipertimbangkan. "Idenya adalah bagaimana kita tetap bisa menciptakan ketakutan seperti yang diciptakan senjata nuklir - tapi melakukannya tanpa memakai nuklir. Dalam sistem terbelakang seperti Korea Utara, nyawa Kim Jong-un itu sama berharganya dengan ratusan ribu warga biasa yang terancam nuklir," ujarnya.
Sentimen untuk berhenti mengandalkan bantuan militer dari negara lain juga kian terasa. "Apakah orang-orang Amerika Serikat akan mengintervensi sebuah perang di semenanjung jika kota Seattle mereka sendiri terancam oleh serangan nuklir Korea Utara?" tanya Park Hwee-rhak, seorang analis militer.
Sejauh ini, Korea Selatan sudah memperkenalkan tiga program berbeda untuk menghentikan Kim Jong-un. Ketiganya adalah Kill Chain, Korea Air and Missile Defense, dan Korea Massive Punishment and Retaliation.
Kill Chain bertujuan untuk mendeteksi serangan rudal dan meluncurkan serangan pencegahan. Korea Air and Missile Defense memiliki tanggungjawab menghancurkan roket apapun yang ditembakkan Korea Utara.
Sedangkan Korea Massive Punishment and Retaliation dibuat untuk menghancurkan area di Pyongyang yang digunakan Kim untuk bersembunyi. Korea Utara sendiri sudah melakukan uji coba nuklir keenam pada Agustus lalu. Itu dilaporkan sebagai uji coba terkuat yang pernah dilakukan Korea Utara.