Ilustrasi rudal Korea Utara (Twitter.com/CFTNI)
Dalam laporan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagaimana diberitakan Reuters, Korea Utara telah memulai kembali program pengembangan reaktor nuklir yang diyakini mampu menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir.
Tanda-tanda operasi reaktor 5 megawatt (MW), yang dipandang mampu menghasilkan plutonium tingkat senjata, pertama kali terlihat sejak akhir 2018, demikian laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang diserahkan kepada PBB pada 27 Agustus 2021 lalu.
"Sejak awal Juli 2021, ada indikasi konsisten terkait operasi (pengembangan nuklir), termasuk pembuangan air pendingin," kata laporan tersebut.
Presiden Institut Sains dan Keamanan Internasional, David Albright, menjelaskan bahwa semakin banyak plutonium, maka Korea Utara semakin mudah untuk membuat senjata nuklir yang lebih kecil agar sesuai dengan rudal balistiknya.
"Intinya Korea Utara ingin meningkatkan jumlah dan kualitas senjata nuklirnya," ucap dia.
Albright menduga Korea Utara memiliki kapasitas untuk memproduksi empat hingga enam bom nuklir dalam setahun. Sayangnya, dugaan itu sulit dikonfirmasi karena keterbatasan informasi.
IAEA juga tidak memiliki akses ke Korea Utara sejak Pyongyang mengusir inspekturnya pada 2009. Negara itu kemudian melanjutkan program pengembangan senjata dan melanjutkan uji coba nuklir, dengan uji coba terakhir terjadi pada 2017.
IAEA sekarang memantau Korea Utara dari jauh memanfaatkan citra satelit.