Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri luar negeri China, Wang Yi. (G20 Argentina, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Menteri luar negeri China, Wang Yi. (G20 Argentina, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Korea Selatan berharap normalisasi hubungan dengan China setelah beberapa tahun tegang.

  • Fokus utama kunjungan adalah memperkuat kerja sama ekonomi, terutama di sektor strategis.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan berharap dapat menormalkan kembali hubungannya dengan China yang sempat tegang dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu disampaikan Utusan Khusus Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung, Park Byeong Seug, dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, pada Minggu (24/8/2025).

Kunjungan ini dilakukan saat Presiden Lee sedang berada di Washington untuk bertemu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Lee baru menjabat sejak Juni 2025 dan berusaha menyeimbangkan hubungan dengan dua mitra utama Seoul, yakni AS dan China.

Park membawa surat dari Presiden Lee untuk Presiden Xi Jinping sekaligus menyampaikan undangan resmi agar Xi menghadiri KTT APEC di Korea Selatan pada Oktober mendatang. Menurut Kementerian Luar Negeri Korsel, Wang menyambut positif pesan tersebut dan menegaskan kesiapan Beijing untuk terus mengembangkan hubungan kedua negara.

1. Harapan untuk buka babak baru

Bendera Korea Selatan (pixabay.com/DavidRockDesign)

Dalam pertemuan itu, Park menyampaikan keinginan Seoul agar hubungan dengan Beijing dapat kembali ke jalurnya setelah berbagai ketegangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

“Kami berharap dapat bekerja sama untuk membuka pintu normalisasi hubungan Korea Selatan–China, yang telah tegang dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Park, dikutip dari Channel News Asia, Senin (25/8/2025).

Ia menambahkan, pemerintahan baru di bawah Presiden Lee akan mengedepankan kemitraan strategis yang matang dengan China, tetapi tetap berlandaskan pada kepentingan nasional serta melanjutkan aliansi kuat dengan Amerika Serikat.

2. Ekonomi dan rantai pasok jadi agenda utama

ilustrasi yuan China (unsplash.com/Eric Prouzet)

Selain membahas diplomasi, kedua negara sepakat untuk memperkuat kerja sama ekonomi. Fokus utama adalah rantai pasok, terutama di sektor strategis seperti semikonduktor, energi, serta perdagangan.

Kemenlu Korsel menyebut adanya komitmen untuk mendorong kemajuan substantif dalam kerja sama ekonomi. Wang Yi juga menekankan pentingnya stabilitas hubungan Seoul–Beijing demi mendukung ketahanan ekonomi kawasan.

“Kami menghargai kunjungan delegasi Korea Selatan serta pesan dari Presiden Lee untuk memperdalam hubungan bilateral,” kata Wang.

3. Menyelesaikan jejak ketegangan lama

Upacara pelantikan Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, digelar 4 Juni 2025. (Republic of Korea from Seoul, Republic of Korea, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Hubungan Korea Selatan dan China sempat memburuk sejak 2017 akibat penempatan sistem pertahanan rudal AS (THAAD) di wilayah Korsel yang ditentang Beijing. Meskipun hubungan membaik setelah itu, ketegangan kembali muncul pada 2023 ketika Presiden Yoon Suk Yeol melontarkan kritik terhadap kebijakan China.

Sementara itu, saat ini Presiden Lee Jae Myung sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat. Ini menjadi langkah baru Seoul menggandeng Washington dan Beijing bersama sebagai mitra mereka.

Kunjungan Lee ke Washington, dinilai akan digunakan Presiden AS Donald Trump sebagai pijakan untuk kembali mesra dengan Korea Utara. Diketahui, pada masa jabatan pertama Trump, ia sempat beberapa kali bertemu pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dengan maksud denuklirisasi.

Sudah sempat ada hilal positif, namun pertemuan kedua mereka di Vietnam tidak menghasilkan apa-apa dan negosiasi keduanya seperti menguap begitu saja.

Editorial Team