ilustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)
Pada awal tahun 2021 ini, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan pernyataan tentang pentingnya untuk melakukan perubahan mendasar pada kebijakan terkait angka kelahiran yang menurun dengan cepat. Populasi yang menyusut dan jumlah lansia yang terus bertambah pun dikhawatirkan dapat menyebabkan masalah ekonomi negara yang serius.
Dilansir dari The Guardian, badan administrasi oleh presiden Moon Jae-in sempat mengumumkan inisiatif untuk mendorong pasangan agar memiliki keluarga yang lebih besar, termasuk biaya untuk wanita hamil dan tunjangan tunai setiap bulan bagi anak-anak berusia di bawah 12 bulan. Tetapi, langkah itu mendapat pertentangan dari para kritikus karena dianggap dapat membebani keuangan negara lebih lanjut.
Selain itu, survei saat ini menunjukkan bahwa hampir rata-rata anak muda Korea Selatan menganggap memiliki anak ataupun menikah bukanlah hal yang penting. Banyak diantaranya lebih memilih fokus terhadap belajar dan karir ketimbang berkeluarga. Jika tren saat ini berlanjut, pemerintah memprediksi populasi Korea Selatan kemungkinan akan turun menjadi 39 juta pada tahun 2067, dengan jumlah dominan masyarakat lanjut usia yang lebih tinggi dari negara manapun di dunia.