Ilustrasi kelahiran bayi. (unsplash/Christian Bowen)
Menurut data resmi, angka kelahiran di Korsel turun ke rekor terendah pada 2023, meskipun pemerintah telah menggelontorkan miliaran dolar dalam upaya mendorong perempuan untuk memiliki lebih banyak anak dan menjaga stabilitas populasi.
Pemerintah telah menghabiskan banyak uang untuk mendorong lebih banyak bayi, termasuk subsidi tunai, layanan penitipan anak, dan dukungan untuk pengobatan fertilitas.
Negeri Ginseng merupakan salah satu negara dengan angka harapan hidup terpanjang dan angka kelahiran terendah di dunia. Hal ini merupakan kombinasi dari tantangan demografis yang semakin besar.
Menurut data awal statistik Korsel pada Februari, tingkat kesuburan Kosel turun menjadi 0,72 pada 2023. Angka tersebut turun hampir 8 persen pada 2022 dan diproyeksikan akan terus menurun menjadi 0,68 pada tahun ini.
Disebutkan, jumlah tersebut jauh di bawah 2,1 anak yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi saat ini, sebesar 51 juta anak, dilansir The Straits Times.