Ilustrasi bendera Korea Utara. (Pixabay.com/David_Peterson)
Badan Intelijen Nasional Korsel telah memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga terkait, sehubungan dengan indikasi yang menunjukkan persiapan serangan terhadap staf diplomatik dan warga negara Korsel di China, Asia Tenggara, dan Timur Tengah.
“Korut telah kerahkan agen-agennya ke negara-negara ini untuk mengintensifkan pengawasan terhadap misi diplomatik Republik Korea, dan telah terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu, termasuk mengidentifikasi warga negara kami sebagai target terorisme,” kata badan mata-mata tersebut.
Badan intelijen menilai, tindakan tersebut didorong serentetan pembelotan individu-individu elite, yang terdiri dari staf diplomatik, pedagang, dan pelajar, yang menyimpan rasa kekecewaan terhadap rezim negara tersebut. Tren ini bertepatan dengan peningkatan signifikan jumlah penduduk luar negeri jangka panjang yang kembali ke Korut sejak paruh kedua tahun lalu.
“Pejabat dari badan khusus, seperti staf diplomatik senior, dan anggota Kementerian Keamanan Negara yang bertanggung jawab mengawasi ekspatriat Korut di luar negeri, dinilai telah memberikan laporan palsu kepada (pemimpin Korut) Kim Jong-un, dengan tuduhan bahwa pembelotan tersebut diatur oleh aktor eksternal, untuk menghindari akuntabilitas atas pemisahan diri secara sukarela,'" ujar badan tersebut.
Untuk menghadapi masalah itu, Korsel juga mengintensifkan upaya intelijennya, mengingat ancaman terorisme tidak hanya di negara-negara di mana tanda-tanda ancaman teror telah teridentifikasi, tapi juga di wilayah lain.