Ilustrasi bendera Korea Utara (kiri) dan bendera Korea Selatan (kanan). (pixabay.com/www_slon_pics)
Ketegangan di Semenanjung Korea semakin memanas dalam beberapa tahun terakhir, terutama ketika Kim Jong Un berambisi mempercepat pengembangan senjata nuklir dan rudalnya. Hal ini juga ditambah dengan pertemuan Kim dan Putin baru-baru ini, yang mana Pyongyang dianggap sedang berupaya memperkuat pijakan regionalnya dengan bersekutu bersama Moskow dalam perselisihan melawan negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Merespons pertemuan itu, Korea Selatan (Korsel) memanggil Duta Besar Rusia di Seoul, Georgy Zinoviev. Pihaknya juga menjelaskan sikap Korsel terhadap pakta bilateral Pyongyang-Moskow. Bagi Negeri Ginseng, setiap dukungan langsung atau tidak langusng kepada Korut, yang dapat berkontribusi pada peningkatan persenjataan militer dianggap sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sementara itu, Zinoviev mengatakan bahwa dia akan mengkomunikasikan masalah tersebut dengan pemerintah Rusia secara akurat. Meski begitu, dia menuturkan bahwa 'segala ancaman dan upaya untuk mengintimidasi Rusia tidak dapat diterima'. Dia juga menggarisbawahi, kerja sama antara Rusia-Korut tidak ditujukan untuk negara ketiga.
Di sisi lain, Putin menyerukan kepada Korsel untuk tidak perlu khawatir mengenai perjanjian Rusia-Korut tersebut, jika tidak merencanakan agresi terhadap Pyongyang, dilansir Associated Press.