Kementerian Luar Negeri Korea Utara (Korut) mengecam latihan militer gabungan yang dilakukan oleh Seoul, Tokyo, dan Washington, yang berlangsung baru-baru ini. Korut menyebut aliansi militer ketiga negara itu sebagai 'NATO versi Asia', dilansir Reuters dari kantor berita KCNA pada Minggu.
"Korut tidak akan mengabaikan penguatan blok militer yang dipimpin oleh AS dan sekutunya, serta akan melindungi perdamaian regional dengan respon yang agresif dan luar biasa," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.
Pyongyang juga mengatakan bahwa Washington melanjutkan upayanya untuk menghubungkan Seoul-Tokyo dengan NATO. Sebelumnya, Korut telah lama mengutuk latihan gabungan antara AS dan Korsel sebagai latihan untuk invasi dan bukti dari kebijakan yang bermusuhan oleh kedua negara tersebut terhadap Korut.
Korsel, Jepang, dan AS menggelar Latihan 'Freedom Edge' di Laut China Timur, selama tiga hari yang berlangsung sejak 27 Juni 2024. Latihan militer tersebut mencakup pertahanan udara, perang anti-submarine, pencarian dan penyelamatan, serta pencegatan maritim dan pelatihan siber pertahanan, guna meningkatkan kesiapan mereka terhadap ancaman rudal dan nuklir Korut.
Komando Indo-Pasifik AS menuturkan, latihan berskala besar tersebut melibatkan kapal induk helikopter Ise dan kapal perusak Aegis Atago dari Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, serta kapal induk bertenaga nuklir AS Theodore Roosevelt. Selain itu, turut serta dalam latihan itu, yakni kapal perusak Korsel, juga pesawat terbang dari ketiga negara.
"Latihan tersebut dimulai di laut lepas di selatan Pulau Jeju, Korsel, untuk mempromosikan interoperabilitas trilateral dan melindungi kebebasan demi perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik, termasuk Semenanjung Korea," demikian pernyataan trilateral yang dikeluarkan oleh komando tersebut, dikutip dari Kyodo News.