Melansir BBC, laporan mengaitkan hubungan historis kota Edinburgh dengan perbudakan adalah hasil tinjauan yang dibuat pada 2020 sebagai tanggapan atas gerakan Black Lives Matter yang menentang rasisme terhadap kulit hitam. Laporan mencapai hampir 150 halaman, didasarkan pada survei terhadap sekitar 4 ribu orang dan adanya penelitian lebih lanjut.
Tinjauan tersebut diketuai oleh akademisi kelahiran Jamaika Sir Geoff Palmer, seorang profesor emeritus di Universitas Heriot-Watt dan aktivis hak asasi manusia. Akademisi yang telah tinggal di Skotlandia sejak 1964 menyebut laporan itu sebagai pencapaian luar biasa bagi masyarakat Edinburgh dan Skotlandia.
Sir Geoff mengatakan keputusan dewan untuk menerima rekomendasinya "sangat signifikan" dan permintaan maaf sipil merupakan langkah penting.
"Permintaan maaf tidak membeli roti, tetapi memberikan bentuk rezeki yang lain. Ini tentang perasaan bahwa seseorang telah melihat sesuatu dan menyadari itu salah. Mereka mengatakan kepada Anda, orang yang tersinggung, bahwa mereka menyesali apa yang telah terjadi."
"Meskipun banyak orang mengatakan 'kami tidak ada di sana, itu bukan perbuatan kami', kami semua memiliki tanggung jawab. Kami bertanggung jawab atas apa yang terjadi di masa lalu, karena masa lalu memiliki konsekuensi. Kami tidak dapat mengubah masa lalu tetapi kita dapat mengubah konsekuensi dari rasisme. Saya merasa gerakan ini untuk mencoba memperbaiki 300 tahun perbudakan orang karena warna kulit mereka akan menjadi universal."