Ilustrasi bendera Rusia. (instagram.com/lyric_poetry)
Di sisi lain, Kremlin menolak tudingan dari media Financial Times, jika terdapat unsur politik dalam negosiasi antara Gazprom dan Moldova. Media massa asal Inggris itu menyebut jika Rusia menginginkan Moldova untuk mengubah perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
"Tidak ada unsur politik dan ini tidak mungkin negosiasi hanya dilakukan untuk masalah itu. Ini murni negosiasi komersial. Ada permintaan dan penawaran yang sudah diajukan, serta ada usulan diskon dan ada permasalahan terkait akumulasi hutang" kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Dikutip dari Reuters, Moldova saat ini dipimpin oleh Presiden Maia Sandu yang disebut condong ke arah Barat. Negara Eropa timur itu juga menjadi lahan perang pengaruh antara Rusia dan Barat sejak Uni Soviet kolaps pada 1991.
Pemerintah Rusia selama ini kerap mendapatkan kritik lantaran diduga menggunakan sumber daya alam dan energinya sebagai senjata politik untuk memperluas pengaruh geopolitik. Namun, Rusia selalu menolak tudingan itu.