Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Sudan berkibar di tengah aksi protes kudeta. (via twitter.com/TRT World Now)

Jakarta, IDN Times - Kelompok pro-demokrasi Sudan, Pasukan Kebebasan dan Perubahan (CCFFC), pada Minggu (16/1/2022) menerima tawaran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menengahi pembicaraan guna mengakhiri kebuntuan politik setelah kudeta militer pada Oktober disusul pengunduran diri perdana menteri (PM) Abdallah Hamdok.

Juru bicara CCFFC, Jaafar Hassan, membenarkan hal tersebut dan mengatakan bahwa delegasi dari CCFFC bertemu dengan misi PBB (UNITAMS) pada Minggu. Kendati begitu, kelompok sipil penting lainnya, Asosiasi Profesional Sudan, masih menyatakan untuk menolak tawaran PBB, seperti dikutip dari Al Jazeera.

1. CCFFC ingin akhiri krisis sesegera mungkin

Para pengunjuk rasa di Sudan (twitter.com/@Leoule12)

Keputusan CCFFC untuk mengambil bagian dalam pembicaraan yang ditengahi PBB datang di tengah upaya intensif regional dan internasional untuk menyelesaikan krisis. Utusan Uni Afrika, Edewe Bankole, berada di Khartoum di mana ia bertemu dengan perwakilan dari CCFFC.

Bankole mengatakan, tujuan pembicaraan itu adalah untuk mendengarkan sudut pandang semua orang Sudan untuk menemukan solusi bagi krisis tersebut.

Secara terpisah, David Satterfield, utusan baru Amerika Serikat (AS) untuk Tanduk Afrika, diperkirakan akan mengunjungi Sudan pekan ini di mana ia dan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Afrika, Molly Phee, akan bertemu tokoh militer dan politik serta aktivis pro-demokrasi.

“Pertemuan itu bertujuan untuk menggalang dukungan internasional bagi misi PBB untuk memfasilitasi transisi baru yang dipimpin sipil menuju demokrasi di Sudan,” kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.

CCFFC sebelumnya telah menetapkan untuk diakhirinya keadaan pasca kudeta, pelanggaran, dan pencabutan keadaan darurat.

2. SPA tetap menolak hingga militer mundur total dari kekuasaan

Editorial Team

Tonton lebih seru di